SOLOPOS.COM - Dan Colo, Nguter, Sukoharjo

Sekitar 4.000 hektare lahan pertanian di Sukoharjo terancam gagal panen.

Solopos.com, SUKOHARJO — Para petani di sejumlah wilayah Kabupaten Sukoharjo meminta agenda rutin penutupan Dam Colo selama Oktober ditunda. Mereka khawatir lahan pertanian mereka gagal panen kalau tidak mendapat pasokan air dari bendungan tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada lebih dari 4.000 hektare lahan pertanian di Sukoharjo yang terancam gagal panen atau puso apabila Dam Colo ditutup pada Oktober mendatang. Para petani meminta penutupan Dam Colo ditunda lantaran ribuan hektare areal persawahan itu sangat membutuhkan suplai air.

Dam Colo ditutup untuk pemeliharaan bangunan selama 30 hari selama Oktober. Saat ini, mayoritas tanaman padi berumur dua bulan sehingga masih membutuhkan pasokan air.

Apabila Dam Colo ditutup otomatis tak ada pasokan air ke lahan pertanian. “Apabila padi yang berumur dua bulan tak mendapat suplai air dipastikan gagal panen atau puso. Hal ini yang menjadi kekhawatiran para petani menjelang penutupan Dam Colo,” kata Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Saluran Colo Timur, Sarjanto, kepada Solopos.com, Minggu (10/9/2017).

Lahan pertanian yang terancam puso terletak di enam kecamatan yang mendapat pasokan air dari saluran irigasi Colo Timur. Keenam kecamatan itu yakni Sukoharjo, Bendosari, Mojolaban, Polokarto, Grogol dan Nguter.

Total lahan pertanian di sepanjang saluran Colo Timur lebih dari 7.000 hektare. Pria yang akrab disapa Jigong ini memperkirakan kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kabupaten Karanganyar dan Sragen.

“Mungkin di Karanganyar ada 2.000 hektare sawah dan Sragen sekitar 8.000 hektare. Umur tanaman padi juga dua bulan dan masih membutuhkan suplai air,” papar dia.

Karena itu, Jigong meminta agar instansi terkait menunda rencana penutupan Dam Colo pada awal Oktober mendatang. Hal ini bakal disampaikan saat sidang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Jateng dan Jatim membahas rencana penutupan Dam Colo pada 20 September.

Jigong menambahkan apabila Dam Colo ditutup dipastikan tak ada suplai air ke areal persawahan yang bisa mengakibatkan puso. Ribuan hektare sawah yang puso bakal memengaruhi produktivitas padi tingkat kabupaten.

“Sumur pantek tak bisa menjadi solusi saat musim kering. Saat musim kemarau, air tanah bakal menyusut tajam sedangkan kedalaman sumur pantek maksimal hanya delapan meter,” terang dia.

Pernyataan senada diungkapkan petani asal Desa Toriyo, Kecamatan Bendosari, Sukardi. Biasanya, sebagian lahan pertanian mulai dipanen pada pertengahan atau akhir September.

Namun, masa tanam (MT) III mundur hingga beberapa pekan sehingga kini tanaman padi baru berusia sekitar dua bulan. Sukardi berharap penutupan Dam Colo ditunda hingga pertengahan Oktober agar tanaman padi tetap mendapat suplai air saat musim kemarau.

“Usaha kami sia-sia jika tanaman padi gagal dipanen. Saya paham penutupan Dam Colo merupakan agenda rutin namun kondisi di lapangan juga harus dipertimbangkan,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya