SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Setidaknya 2.000 hektare lahan pertanian di Sleman terpaksa melakukan penyesuaian berkaitan selama musim kekeringan

Harianjogja.com, SLEMAN-Setidaknya 2.000 hektare (ha) lahan pertanian di Sleman terpaksa melakukan penyesuaian berkaitan selama musim kekeringan. Hal serupa juga dilakukan oleh 150 ha kolam perikanan menghadapi keterbatasan air.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penyesuain yang dimaksud ialah perubahan pola tanam dan jenis komoditasnya yang berfokus pada palawija. Sekretaris Dinas Pertanian Pangan Perikanan (DP3) Sleman, Suwandi Azis mengatakan penyesuain itu sebenarnya sudah cukup lama dilakukan petani Sleman.

“Daerah yang airnya jarang tanam palawija, sudah dilakukan melalui penyuluh lapangan maupun diskusi dengan petani,” jelasnya ketika dihubungi, Jumat (22/9/2017).

Palawija dipilih karena tidak membutuhkan air sehingga tidak bisa panen meski air yang tersedia minim. Sedangkan untuk perikanan, masyarakat disarankan mengganti jenis ikan di kolamnya salah satunya dengan lele.

Azis mengatakan jika lele tidak membutuhkan air mengalir sehingga bisa lebih hemat dan petani bisa tetap bertahan selama musim kering. Sejauh ini hanya sekitar 10% lahan perikanan yang terpaksa melakukan penyesuaian ini. Menurutnya, petani harus bisa beradaptasi selama musim kering agar tidak merugi sembari menunggu musim penghujan tiba.

Adapun, keluhan sebenarnya sempat muncul dari petani minapadi di kawasan Moyudan dan Minggir karena aliran air yang tersendat. Namun, ia menegaskan jika hal itu tidak disebabkan oleh kemarau namun adanya pemeliharaan di selokan Mataram.

Petani minapadi juga bisa mengganti jenis ikannya, dari biasanya menggunakan ikan nila, sebagai langkah antisipasi selama musim kering ini.

Sementara itu, Minto Hartono, petani asal Widodomartani, Ngemplak mengatakan sebagaian petani di daerahnya sudah menerapkan penyesuain sehingga tidak terpengaruh musim kemarau. “Tanamnya sekarang satu lahan macam-macam supaya tidak rugi,” katanya.

Saat ini, lahan seluas 3 ha miliknya sedang ditanami jagung, kemarau, dan cabai. Selain bertahan selama masa kering, variasi tanaman ini juga menurut Minto bisa membantu saat harga komoditas tersebut anjlok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya