SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertanian. (JIBI/Solopos/Dok)

Pertanian di Jateng mendapat pujian dari Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, karena produksinya yang meningkat tajam.

Semarangpos.com, SEMARANG – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, memuji hasil pertanian di Jawa Tengah (Jateng). Mentan menilai hasil pertanian di Jateng mampu meningkatkan ketahanan pangan hingga tak hanya menolak impor beras tapi juga berkontribusi dalam pengiriman beras ke Sumatra dan Kalimantan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sebenarnya saya tidak perlu lagi banyak kunjungan ke Jateng nanti di 2018. Jateng sudah mapan dan luar biasa di bawah kepemimpinan Pak Gubernur. Setelah tidak impor beras, kemudian mengirim ke Sumatra dan Kalimantan, dan kemudian ekspor bawang,” ujar Mentan pada Rapat Koordinasi Pangan bertajuk Upsus Pajale Wujudkan Kedaulatan Pandan dan Kesejahteraan Petani di Hotel Allium, Blora, Selasa (24/1/2017).

Amran juga mengapresiasi prediksi panen raya pada Februari 2017 mendatang. Di mana luas lahan yang akan di panen juga meningkat, yakni mencapai 420 ribu hektare lahan. Jumlah yang belum pernah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya. Agar produksi dapat terus terjaga, selama periode dua bulan kedepan, yakni Februari-Maret 2017, Mentan meminta diterapkan sistem tanam cepat, sehingga target yang ditetapkan bisa tercapai.

“(Luasan panen) 420 ribu hektare ini tidak pernah tercapai selama Jateng ini berdiri. Tertinggi pada 2010 hanya 240 ribu hektare. Sekarang hampir dua kali lipat. Jadi setelah panen kita langsung tanam,” ujar Mentan seperti dilansir situs resmi Pemprov Jateng.

Mentan yakin selama 60 hari ke depan musim tanam padi dapat dimaksimalkan maka tidak akan ada impor lagi hingga 2019. Bahkan, sangat memungkin untuk bisa mengekspor beras.

“Kalau kita capai target tiga bulan ini, waktu kita tinggal dua bulan kita akan buat sejarah baru di republik ini. Sekarang kita sudah tidak impor tetapi ada mimpi kita ekspor dan saya pastikan bisa kita capai,” harap Amran.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan untuk mencapai kedaulatan pangan perlu adanya sistem informasi pertanian yang memuat data petani dan produk pertanian secara lengkap dan valid by name by address. Sistem tersebut tidak hanya membantu petani lebih mudah menjual hasil panennya, tapi juga mempermudah pendistribusian bantuan dengan tepat sasaran. Apalagi, dari total 1,4 juta petani di 22 kabupaten/ kota di Jawa Tengah, sebagian besar atau 90 persennya memiliki lahan hanya nol sampai satu hektare.

“Petani kita di Jawa Tengah yang memiliki tanah maksimum satu hektare itu persentasenya tertinggi. Mereka adalah orang-orang yang pasti tidak bisa masuk kategori petani yang sejahtera dan itulah sumber kemiskinan. Maka kalau bantuan bisa masuk kesana alangkah indahnya,” katanya.

Ganjar juga menyampaikan, meski terkendala cuaca ekstrem, produksi pajale (padi, jagung, kedelai) di Jateng pada 2016 mengalami peningkatan. Produksi beras mencapai 11,6 juta ton meningkat dibanding 2015 yang tercatat 11,3 juta ton. Produksi jagung meningkat menjadi 3,6 juta ton dari 2015 yang hanya 3,2 juta ton. Penurunan produksi hanya terjadi pada komoditas kedelai di mana 2016 hanya mencapai 113.387 ton atau turun dari produksi 2015, yakni 147.191 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya