SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Pertanian Jateng menghasilkan padi berlimpah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pun menyerukan petani ramai-ramai menolak impor beras.

Semarangpo.com, CILACAP — Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengajak petani di provinsi ini—khususnya Kabupaten Cilacap—untuk menolak impor beras karena produksi padi saat ini melimpah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Hasil seperti ini tidak hanya di Cilacap, hampir se-antero Indonesia. Masak masih impor beras?” tanyanya saat memberi sambutan panen raya yang dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Cilacap, Senin (29/2/2016).

Dalam perjalanan dari Semarang menuju Cilacap dengan menggunakan helikopter, dia mengaku melihat hamparan sawah yang menguning karena memasuki masa panen. Oleh karena itu, dia menyayangkan jika Indonesia masih mengimpor beras.

“Petani sanggup enggak [menolak impor beras]?” tantang Ganjar yang disambut dengan tepuk tangan meriah petani.

Perang Pangan
Lebih lanjut, Gubernur Ganjar mengatakan bahwa pada masa mendatang akan menghadapi perang untuk berebut pangan karena saat sekarang sudah perang memperebutkan energi. Dengan demikian, kata dia, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi merupakan suatu keharusan.

“Kita harus yakin mampu bangkit dan mampu berproduksi untuk mencukupi kebutuhan pangan sendiri,” katanya.

Ia mengatakan bahwa produksi gabah kering panen di Jawa Tengah pada 2015 mencapai 11,05 juta ton atau melebihi target yang sebesar 10,22 juta ton.

Harga Raya
Menurut dia, petani tidak perlu menargetkan produktivitas yang tinggi atau di atas 8 ton per hektare karena dengan 7 ton per hektare saja sudah mencukupi kebutuhan pangan. “Dengan 7 ton per hektare saja sudah bisa menyelamatkan negara ini,” katanya.

Terkait puncak musim panen yang akan berlangsung pada bulan Maret 2016, Ganjar meminta seluruh kabupaten/kota di Jateng untuk memantau perkembangan harga gabah di lapangan dan melaporkannya minimal dua kali dalam sepekan.

“Kalau ada yang harganya ambles, tolong laporkan ke saya. Harusnya, petani saat panen raya menghasilkan harga yang raya juga,” katanya.

 

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya