SOLOPOS.COM - Seorang petani tembakau di Desa Wareng I, Kecamatan Wonosari, Sudadi sedang memetik tembakau pada masa paenen pertama. Selasa (6/6/2017). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Gunungkidul, tembakau terbantu dengan cuaca panas.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Turunnya intensitas hujan pada beberapa bulan terakhir membawa berkah tersendiri bagi petani tembakau yang saat ini sudah mulai panen. Hasil panen meningkat tajam lantaran tembakau tumbuh baik, tak kelebihan air seperti tahun kemarin yang mengalai kemarau basah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah seorang petani tembakau di Desa Wareng I, Kecamatan Wonosari, Sudadi, mengatakan panen pada 2017 ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Cuaca yang mendukung menjadi faktor utama peningkatan hasil penennya.

“Kali ini intensitas hujan cenderung menurun, tembakau tidak kelebihan air seperti tahun kemarin. Sehingga kualitas tembakau lebih bagus karena kan kadar airnya lebih sedikit. Perusahaan lebih suka yang kadar airnya sedikit,” kata dia, Selasa (6/6/2017).

Pada tahun lalu, lantaran banyak tembakau yang kelebihan air dia hanya bisa memperoleh hasil panen sekitar 3,7 kwintal tembakau kering. Namun tahun ini dia memperkirakan dapat memanen sekitar dua kalipatnya, sebab tanaman tembakaunya tumbuh dengan baik tidak banyak yang kriting karena kelebihan air.

“Ini panen pertama sekitar dua kwintal, bulan depan panen kedua, dan dua bulan lagi panen ketiga. Ya kira-kira nanti bisa dapat sekitar tujuh kwintal,” kata dia.

Selain hasil panen yang meningkat, kata dia harga tembakau kering saat ini juga meningkat tajam. Dari yang sebelumnya dari kualitas satu hingga kualitas tiga rata-rata dihargai Rp25.000, kini karena kadar airnya lebih rendah harganya rata-rata mencapai Rp30.000.

Dari lahan seluas 2.000 meter persegi yang dimilikinya, sekali masa tanam dirinya mampu mendapatkan omzet Rp7,5 juta. Kebanyakan tembakau dijualnya ke salah satu perusahaan rokok di Indonesia.

“Tahun lalu dari sekitar 4.000 tanaman tembakau saya mendapatkan sekitar Rp7,5 juta. Modalnya ya sekitar Rp1 juta sampai Rp2 juta, itu untuk beli bibit dan juga pupuk” kata Sudadi.

Sementara itu, petani tembakau lain di Kecamatan Wonosari, Supomo, mengatakan, dari lahan seluas 2.500 meter persegi miliknya, dia menanam sekitar 4.400 batang tembakau. Jika hasil panen baik, dia dapat memperoleh sekitar tujuh kwintal tembakau kering.

Dia menambahkan tembakau hasil panen biasa dikirim ke perusahaan yang ada di Kabupaten Klaten. “Kalau hasil panennya bagus dulu pernah sampai dapat Rp15 juta lebih. Tapi saya juga pernah gagal panen akibat intensitas hujan terlalu tinggi. Karena Tembakau itu tidak boleh terlalu banyak air atau kekurangan air,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya