SOLOPOS.COM - Petani tembakau asal Kecamatan Selo, Boyolali, menjemur tembakau di ruas jalan Tol Soker, wilayah Ngesrep, Boyolali, Senin (26/9/2016). Tak adanya sinar mentari di wilayah pegunungan membuat mereka harus menjemur tembakau hingga sejauh 50-an km. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, petani tembakau yang menjemur di tol Soker masih dimintai uang oleh oknum.

Solopos.com, BOYOLALI–Aksi pungutan liar (pungli) yang dialami petani penjemur tembakau di jalan Tol Solo-Kertosono (Soker) masih terus terjadi. Pelaku mendatangi petani dan meminta uang di saat polisi belum berada di lokasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami sudah terjunkan anak buah ke lokasi pagi tadi [Rabu, 28/9/2016]. Nah, begitu anak buah saya tiba di lokasi, pelaku kabur. Tapi kami sudah mengidentifikasi ciri-cirinya,” ujar Kapolsek Ngemplak, AKP Ahmad Nadiri, kepada Solopos.com, Rabu (29/9/2016).

Nadiri memastikan bahwa pelaku tidak seorang diri. Pelaku, kata dia, adalah orang yang memahami lokasi serta kondisi sosial masyarakat sekitarnya. “Mereka ini tak sendirian. Ada teman-temannya,” ujarnya.

Nadiri belum bisa menyimpulkan apakah di antara mereka ada pegawai tol yang terlibat. Namun, yang jelas polisi akan kembali mengecek lokasi dan memberikan pembinaan. “Mereka nanti akan kami kumpulkan dan kami berikan peringatan agar tak mengulangi lagi. Kecuali kalau dilakukan secara resmi dan jelas pengelolaan keuangannya,” paparnya.

Pejabat humas pelaksana tol, Supriyanto, mengatakan tugas menertibkan pelaku pungli memang mestinya di pihak kepolisian. Sebagai pelaksana tol, pihaknya tak punya kewenangan menegur pihak-pihak dari luar yang memungut uang kepada petani. “Mestinya itu memang tugas polisi dan memantau lokasi. Terus terang, pihak Tim Satker dari Jakarta sampai menelepon kami terkait masalah ini,” papar dia.

Salah satu petani tembakau, Widodo, hingga saat ini mengaku masih dimintai uang oleh seorang oknum pungli ketika menjemur tembakau. Pihaknya tak berani menolak permintaan itu dengan alasan mereka bukanlah warga setempat. “Kalau kami didatangi dan dimintai uang, ya kami berikan. Kami tak berani nanya namanya dan nanya macam–macam,” ujarnya.

Selama permintaan uang kepada petani masih Rp10.000, Widodo dan petani lainnya masih menyanggupinya. Namun jika permintaan di atas Rp10.000, petani akan menolaknya.

Seperti diketahui, seratusan petani penjemur tembakau di jalan tol Soker sudah 1,5 bulan ini dimintai uang masing-masing Rp10.000/ hari. Uang itu diklaim sebagai uang sewa pemanfaatan lahan tol. Namun, pihak tol sendiri rupanya tak pernah memberikan kebijakan atau aturan soal biaya sewa pemanfaatan lahan tol. Pihak tol bahkan akan menindak jika ada karyawan mereka yang memungut uang kepada petani penjemur tembakau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya