SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Antara/Siswowidodo)

Pertanian Boyolali, harga gabah anjlok saat panen.

Solopos.com, BOYOLALI — Petani di Boyolali harus menerima kenyataan pahit pada musim panen kali ini karena harga gabah anjlok. Curah hujan tinggi dan minimnya sinar matahari menjadi penyebab utama kualitas gabah rendah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sigit Krisyanto, petani asal Juwangi, mengatakan harga gabah kering panen kali ini hanya dihargai Rp3.600/kg. Harga tersebut merata karena kualitas gabah yang sangat buruk.

“Ini menjadi ujian bagi petani sebab intensitas hujan sangat tinggi hingga masa panen,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (1/2/2017).

Sigit belum tahu apa yang akan diperbuat menyikapi rendahnya kualitas gabah panen. Hal senada juga diungkapkan Samidi, petani asal Ngemplak. Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) ini mengatakan sinar matahari yang minim membuat gabah hasil panen susah dikeringkan.

Akibatnya, gabah turun kualitasnya. “Harganya sekarang di bawah Rp4.000. Ada yang padinya kena banjir, ada pula yang memang minim sinar mentari sehingga berakibat pada turunnya kualitas gabah,” ujarnya.

Menurut Samidi, puncak “pagebluk” gabah terjadi dalam pertengahan dan akhir bulan ini. Selama waktu itu ada panen raya di wilayah Ngemplak.

“Saat ini sudah ada yang panen, namun belum banyak. Tapi dipastikan kualitas padinya di bawah rata-rata semua,” terangnya.

Samidi berharap pemerintah segera merespons permasalahan gabah petani yang anjlok ini. Salah satunya menaikkan harga gabah petani yang dibeli Bulog. “Ini kan wewenang pemerintah untuk menyelamatkan petani. Harganya biar tidak jatuh bagaimana. Petani menanti sikap Menteri Pertanian,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Wakil Kepala Bulog Sub Divre Surakarta, As’adi, mengatakan selama ini Bulog mengacu pada Inpres No. 5/2015 dan Peraturan Pemerintah (Permentan) No.21/2015. Di kedua aturan tersebut, semua harga gabah panen sudah ditentukan setelah melalui penakaran.

Untuk harga gabah kering giling (GKG) terbaik dihargai Rp4.650/ kg. Harga di bawahnya secara berurutan ialah Rp4.150, Rp4.000, Rp3.900, Rp3.750, Rp3500 dan Rp3.300.

Sebagai pelaksana aturan, As’adi mengatakan tak bisa bertindak sendirian. Jika kedua regulasi tersebut direvisi, Bulog baru bisa bertindak.

“Saat ini, kami sudah membentuk satker untuk menyerap gabah petani. Satker juga melibatkan gapoktan dan sejumlah kelompok tani lainnya. Nanti, semua harga gabah disesuaikan dengan kualitasnya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya