SOLOPOS.COM - Bupati Seno Samodro menandatangani prasasti peresmian eCological House Botanic Garden Kebun Raya Indrokilo, Jumat (9/12/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, Bupati Seno meresmikan Ecological House.

Solopos.com, BOYOLALI — Mayoritas dinding bangunan itu terbuat dari kaca sehingga akan terlihat jelas isinya. Namun, pada beberapa bagian ada yang berdinding kayu artistik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Atapnya unik karena didesain dengan bentuk segitiga terbalik. Bentuk ini bukan tanpa tujuan.

Pengelola Ecological House (E-House) Botanic Garden Kebun Raya Indrokilo Boyolali menyebut gedung itu seengaja dirancang bukan hanya sebagai kantor melainkan sebagai tempat menangkar air hujan.

“Sudah ada pemikiran jangka panjang gedung ini khususnya pada bagian atap yang terbalik akan jadi instalasi pemanen air hujan. Instalasi itu akan mengolah agar air hujan bisa menjadi air yang siap minum atau sumber energi lain,” kata Pemimpin Produksi Kebun Raya Indrokilo Boyolali, Dwi Okta Prabowo, di sela-sela Peresmian E-House Botanic Garden Kebun Raya Indrokilo, Jumat (9/12/2016).

Ide ini muncul setelah pengelola melibatkan sejumlah organisasi sukarelawan dan pegiat lingkungan dalam pengembangan ide dan konsep pengelolaan kebun raya yang dibangun di Dusun Tempurejo, Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, itu.

Salah satunya kelompok Sekolah Sungai Boyolali yang saat ini tengah giat mengembangkan instalasi pemanen air hujan. E-House Botanic Garden Kebun Raya Indrokilo tak ubahnya kantor pengelola. Namun, bangunan itu akan menjadi tempat bagi seluruh stakeholders.

Organisasi sukarelawan dan pegiat lingkungan menuangkan seluruh ide mereka di hadapan Bupati Seno Samodro di sela-sela peresmian E-House. Diharapkan nama kebun raya itu tetap sesuai ucapan yakni Indrokilo.

Namun, nama itu ditambah dengan tulisan aksara Jawa tanpa tanda taling tarung pada suku kata ‘ndra’ dan ‘kila’. Koordinator tim, Agung Nugroho, menjelaskan berdasarkan hasil observasi di lokasi seluas 8,7 hektare itu terlihat ada beberapa potensi daya tarik kebun raya, yakni aliran Sungai Sombo, pemandangan alam yang masih asli, dan hamparan rumput.

Potensi sungai dapat dimanfaatkan untuk arena susur sungai, waterpark, bahkan sumber energi ramah lingkungan yakni mikrohidro dan kincir air. Hamparan rumput hijau bisa dijadikan arena camping ground maupun area outbond.

Dengan potensi botani yang ada, kebun raya bisa menjadi pusat pendidikan botani untuk semua jenjang pendidikan, rumah pembibitan pohon langka, hutan lindung mini, rumah serangga, rumah kelinci umbaran, mini zoo, dan area konservasi burung liar.

“Selain itu juga bisa dikembangkan wahana hiburan seperti gondola, labirin, atau kereta gantung,” ujar Agung.

Komunitas ini juga mengusulkan agar di dalam kebun raya dibangun sebuah rumah tradisional khas Boyolali dilengkapi dengan peralatan tradisional contohnya lesung.

Bupati Seno Samodro menyetujui sebagian besar ide pengembangan kebun raya itu. Namun, khusus untuk wahana kereta gantung tidak akan dibuat di kebun raya tetapi di tempat lain. “Saya ingin buat tiruan air terjun Niagara di sini,” ujar Seno.

Tahun depan, pembangunan Kebun Raya Indrokilo akan dilanjutkan dan APBD 2017 telah mengalokasikan anggaran senilai lebih dari Rp11 miliar untuk proyek tersebut. Kebun raya dibangun dengan fungsi utama konservasi.

“Target saya kebun raya ini bisa mengoleksi minimal 600 tanaman langka. Pada tahap awal sudah ada 160 tanaman asli Jawa hasil eksplorasi Hutan Telawa Juwangi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya