SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Boyolali, M.Said Hidayat (paling kiri) menanam padi dengan menggunakan alat transplanter saat Tanam Perdana Dem Area Jajar Legowo Super, di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, Selasa (19/7/2016). Tanam perdana digelar untuk persiapan Hari Pangan Sedunia, 28-30 Oktober mendatang. (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali membuka demplot area di Desa Trayu, Banyudono untuk peringatan Hari Pangan Sedunia.

Solopos.com, BOYOLALI — Pembukaan demplot area (dem area) di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, untuk peringatan Hari Pangan Sedunia tak lepas dari pengorbanan para petani.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Petani terpaksa memanen dini padi yang mereka tanam untuk kepentingan tanam serentak oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (19/7/2016) kemarin.

Dari informasi yang dihimpun Solopos.com, dem area kemarin mengorbankan tanaman padi sedikitnya milik 15 petani dengan luas 15 patok. Tanaman padi tersebut sedianya bakal dipanen sebulan lagi. Hingga saat ini, belum semua nilai kompensasi diberikan kepada petani yang padinya rela dibabat.

Petani asal Dusun Sanggrahan, Desa Trayu, Ngatinah, mengatakan padi miliknya terpaksa dipanen dini pada Minggu (17/7) atau tiga hari sebelum tanam serentak. Dia dijanjikan mendapatkan kompensasi Rp2 juta/patok, namun baru mendapatkan Rp500.000.

“Ya, belum semua dibayarkan,” ujar dia. Padi yang dipanen dini tidak dapat manfaatkan.

“Akhirnya buat pakan sapi. Hla bagaimana bulirnya saja belum berisi,” kata Ngatinah.

Petani lain di Desa Trayu, Warsito, mengatakan tanaman padinya sedianya dipanen sebulan lagi. Awalnya dia berharap tetap bisa panen sebelum tanam serentak untuk acara Hari Pangan Sedunia.

“Sebenarnya kan tinggal menunggu waktu sebulan, tapi ternyata Kan selisih waktunya tidak jauh. Tapi ternyata harus dibabat, ya sudah kami berharap ganti rugi bisa dibayar,” kata dia.

Petani lainnya, Wito Widiarjo, 63, mengatakan petani sudah mengeluarkan biaya untuk pemupukan dan perawatan sehingga berharap tanaman yang dipanen dini kemarin mendapatkan ganti rugi.
Staf Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng, Joko Triasto, membenarkan berdasarkan negosiasi dengan petani, telah disepakati dana kompensasi senilai Rp2 juta/patok.

“Akan kami usahakan secepatnya [pelunasan kompensasi],” kata Joko.

Kepala Balitbangtan Kementan, Muhammad Syakir, mengklaim pemerintah tidak akan pernah merugikan petani. Petani di dua desa yakni Trayu dan Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, yang yang terlibat dalam proyek 100 hektare untuk peringatan Hari Pangan Sedunia akan mendapatkan banyak keuntungan karena telah berinovasi menanam padi dengan sistem jajar legowo super dan menggunakan varietas unggul baru.

“Pasti nanti ada kompensasi dari Balitbang. Pasti itu. Kami akan komunikasikan dengan Pemerintah Kabupaten [Pemkab] Boyolali. Yakinlah pemerintah tidak akan merugikan petani. Saya kira, tanaman padi milik petani yang dikorbankan untuk tanam serentak sudah berdasarkan hasil musyawarah,” ujar Syakir.

Wakil Bupati (Wabup), M.Said Hidayat, bakal menginstruksikan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) untuk menyelesaikan masalah ganti rugi tanaman padi bagi petani yang mengikuti program tanam serentak untuk Hari Pangan Sedunia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya