SOLOPOS.COM - Petugas BPTP Jateng sedang memasang jaringan pipa untuk penerapan sistem pengairan atau irigasi tetes pada demo plot (demlot) tanaman cabai di areal kebun di Kompleks Pemkab Boyolali di Kemiri, Mojosongo, Boyolali. Demlot cabai disiapkan untuk peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Pertanian Boyolali, BPTP Jateng memperkenalkan inovasi irigasi tetes pada demlot tanaman cabai.

Solopos.com, BOYOLALI–Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng menerapkan sistem pengairan atau irigasi tetes pada demo plot (demlot) tanaman cabai di areal kebun di Komplek Pemkab Boyolali di Kemiri, Mojosongo, Boyolali, yang sedang disiapkan untuk peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS). Sistem pengairan atau irigasi tetes dinilai cocok diterapkan di lahan kering yang banyak terdapat di wilayah Boyolali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sistem irigasi tetes menggunakan jaringan pipa dan selang air plastik. Penggunaan bahan ini dinilai lebih menjangkau daya beli petani. Jaringan pipa tersebut dipasang di sisi luar guludan dan bedengan tanaman cabai.

Pipa tersebut kemudian disambung dengan selang plastik hitam, tepat di tengah sepanjang bedengan. Kemudian, di setiap sela-sela tanaman cabai, selang plastik tersebut dilubangi ukuran kecil agar air mengalir ke arah akar tanaman cabai.

Menurut petugas lapangan BPTP Jateng, Imam Firmansyah, sistem irigasi tetes lebih efisien dan efektif dalam penggunaan air. Pengairan dapat dilakukan setiap dua hari sekali, terutama saat kondisi tanah sudah cukup kering.

“Sistem ini sangat cocok dikembangkan di lahan yang kering atau tadah hujan, hemat air tetapi pertumbuhan tanaman bisa maksimal,” jelas Imam, saat berbincang dengan wartawan, Kamis (11/8/2016).

Menurut Imam, jika air mengalir tepat pada bagian akar, hasilnya akan jauh lebih efektif.

Dia membandingkan sistem irigasi tetes ini dengan pengairan biasanya. “Pada pengairan biasa, hanya sekitar 10 persen air yang diserap akar tanaman. Sisanya, akan hilang karena evaporasi atau penguapan.”

Dia berharap setelah peringatan HPS, petani di wilayah tadah hujan di Boyolali bisa menerapkan sistem irigasi ini. Petani nantinya bisa melihat cara kerja sistem ini di demlot yang ada di Kompleks Pemkab Boyolali di Kemiri, Mojosongo.

Dengan menggunakan sistem irigasi tetes, petani hanya menambah biaya untuk membeli pipa dan selang air. Biaya ini dinilai masih cukup terjangkau. Petani bahkan bisa menghemat biaya tenaga kerja saat tahap penyiraman tanaman. “Cara kerjanya sangat praktis. Setelah semua selang tersambung dan lubang selang diarahkan ke akar tanaman, petani tinggal membuka aliran air melalui kran sentral. Tanaman siap diairi.”

Seperti diketahui, dalam peringatan HPS yang akan diselenggarakan akhir Oktober, BPTP Jateng dan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian akan menunjukkan berbagai macam inovasi dibidang budi daya tanaman. Selain sistem irigasi tetes pada tanaman hortikultura, BPTP juga menerapkan sistem tanam padi jajar legowo super dengan lokasi demlot di Desa Trayu dan Tanjungsari, Kecamatan Banyudono.

“Khusus untuk irigasi tetes ini, kami berharap bisa diterapkan petani yang memiliki tanah di daerah tadah hujan,” kata Imam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya