SOLOPOS.COM - Bermain bagi Anak (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pertanian Bantul yang mengadopsi sistem berjemaah

Harianjogja.com, BANTUL — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul menunggu hasil ujicoba Program Corporate Farming atau pertanian secara berjemaah yang menggabungkan petak-petak lahan kecil menjadi satu area pertanian yang lebih luas untuk menghemat biaya produksi pertanian. Pertanian model ini bisa diperluas ke berbagai wilayah di Bantul.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga : PERTANIAN BANTUL : Program Corporate Farming Mungkin Diperluas

Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul Pulung Haryadi mengatakan sesuai teori, pertanian dengan sistem berjemaah tersebut diyakini lebih menguntungkan petani. Pertama, penggabungan petak-petak lahan kecil menjadi satu area yang lebih luas memungkinkan masuknya sejumlah alat modern pertanian seperti rice transplanter (mesin penanam) dan combine harvester (mesin pemanen).

“Kalau luasnya sempit hanya 500 meter persegi, bagaimana alatnya bisa dijalankan, belok saja tidak bisa. Kalau luas misalnya satu hektare alat bisa masuk,” papar dia kepada Harianjogja.com, Senin (18/9/2017).

Masuknya teknologi modern seperti alat pemanen dan penanam padi menurutnya mampu mengurangi masalah kekurangan tenaga petani pemanen dan penanam padi yang dihadapi saat ini. Alhasil, biaya produksi pertanian bisa dikurangi.

Selain itu, dengan alat modern hasil panen juga diyakini bisa maksimal dibandingkan bertani secara manual. Belum lagi sejumlah keuntungan lain yang didapat dari pertanian berjemaah tersebut. Misalnya petani bisa sambil bekerja di sektor lain karena tidak banyak waktu dihabiskan di sawah.

“Khusus di lokasi ujicoba juga sudah ada bantuan alat pemanen maupun penanam dari Pemerintah Pusat, maupun bantuan dari BI [Bank Indonesia],” lanjutnya lagi.

Tim fasilitator dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Jamhari mengatakan petani gurem saat ini rata-rata memiliki sawah kurang dari 0,2 hektare. Para petani jarang memperhatikan indikator ekonomi produksi dalam usahanya, seperti biaya balik modal serta perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan biaya produksi pertanian yang dikeluarkan. Akibatnya, pemborosan sumberdaya berlangsung terus-menerus dan kesejahteraan petani sulit beranjak naik.

Masuknya alat-alat modern ke lahan pertanian berkat pertanian dengan sistem berjamaah menurutnya akan memberi banyak manfaat seperti menjawab masalah kelangkaan buruh tandur dan buruh panen.

“Kini tiada lagi Mbokde Painah, Paijem, Yu Waginah dan Wagiyem, mereka sudah tua-tua, bahkan sebagian sudah meninggal, sementara tenaga muda sekarang makin jauh dari dunia pertanian, ” ungkapnya menyinggung kelangkaan buruh tani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya