SOLOPOS.COM - Lahan bawang merah yang rusak di Bantul (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Bantul berupa tanaman bawang merah diduga terdampak uap tambak udang

Harianjogja.com, BANTUL– Petani bawang merah di Desa Parangtritis, Kretek sudah dua tahun terakhir terpuruk akibat menurunnya produksi bawang merah. Penurunan produksi bawang ditengarai terjadi akibat uap tambak udang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petani bawang merah di Dusun Grogol VII, Desa Parangtritis, Kretek, Daris, 46 mengungkapkan, sudah empat kali panen, produksi bawang merah di lahannya anjlok hingga 25%.

“Lahan seribu meter itu harusnya bisa menghasilkan sampai 12 kuintal bawang, sekarang turun banyak sampai 25%. Sudah terjadi sejak empat kali panen terakhir ini. Sekitar dua tahunan,” ungkap Daris ditemui Jumat (7/10/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia menyebut, satu hektare lahan bawang di Parangtritis kini tidak mampu lagi memproduksi bawang merah lebih dari 10 ton.”Kalau normal satu hektare lahan itu sepuluh ton lebih hasil panennya, sekarang sepuluh ton saja tidak ada,” ujarnya lagi.

Kondisi tersebut menurutnya terjadi di sekitar enam dusun di Parangtritis. Yaitu Dusun Grogol VII, Grogol VIII, Grogol IX, Dusun Depok, Bungkus dan Samiran. Warga menduga, keberadaan tambak udang yang aktif beroperasi di Parangtritis sejak dua tahun terakhir menimbulkan kerusakan pada tanaman bawang.

“Bawang itu tetap berbuah, hanya tidak maksimal karena uap tambak itu. Jangankan lahan bawang, pohon cemara yang ada di dekat tambak saja mati karena uap yang muncul dari kincir tambak,” imbuhnya lagi.

Iwan, warga Dusun Grogol lainnya mengatakan, terdapat belasan kolam tambak udang yang kini beroperasi di Parangtritis. Belasan kolam itu tersebar di tujuh titik mulai dari area Pantai Parangkusumo hingga Depok. Tingginya kecepatan angin pantai selatan menyebabkan uap tambak menyapu lahan pertanian.

“Lahan yang rusak itu tergantung angin. Kalau kencang biasanya angin timur. Kalau angin timur bertiup, lahan di sebelah barat tambak terkena semua,” tutur dia.

Selama ini kata Iwan, penurunan produksi bawnag merah memang biasa terjadi akibat gangguan hama dan cuaca. “Tapi bedanya kalau karena hama itu penurunannya sedikit dan itu normal. Tapi kalau tambak ini turunnya banyak, dan baru terjadi dua tahun ini sejak ada tambak,” lanjutnya.

Keberadaan tambak udang menurut Iwan tidak hanya menganggu kelestarian lahan pertanian, melainkan juga menimbulkan konflik sosial. Pasalnya, limbah tambak dibuang begitu saja ke laut dengan cara dialirkan menggunakan pipa paralon.

“Nelayan yang menjaring ikan di pinggir pantai itu yang kena dampaknya. Jala nelayan itu sering rusak kena limbah tambak. Sudah sering pipa saluran limbah dibacok oleh warga,” paparnya lagi.

Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul serta Pemerintah Desa Parangtritis pernah membantah menurunnya produksi bawang di pesisir karena dampak tambak udang. Kabar kerusakan tanaman karena tambak dianggap muncul karena ada warga yang tidak senang tambak udang beroperasi di pesisir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya