SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman mencoba alat penuai padi di Dusun Sideman, Desa Giripeni, Kecamatan Wates pada Selasa (1/2/2016). Dalam kunjungan tersebut, Andi memberikan bantuan 5 tarktor dan 1 alat penuai padi kepada petani setempat. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Bantul tetap dipertahankan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat

Harianjogja.com, BANTUL– Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan tidak ada impor beras tahun ini. Beras diklaim melimpah saat masa paceklik Januari-Februari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Andi Amran Sulaiman mengatakan, tidak ada keputusan impor beras dalam rapat koordinator nasional (rakornas) di Pusat.

“Enggak, enggak jadi [tidak jadi impor]. Aku menteri, ini kita ada rakor [rapat koordinasi] enggak usah [tidak usah impor],” tegas Amran, Selasa (29/2/2016) seusai menyaksikan panen padi di Dusun Sundi Kidul, Argorejo, Sedayu, Bantul.

Pernyataan itu sekaligus membantah kabar rencana impor beras dari Pakistan dan India  yang dilontarkan Menteri Perdagangan Thomas Lembong beberapa waktu lalu. Kementerian Perdagangan bahkan telah membuat nota kesepahaman dengan Pakistan terkait rencana impor beras di 2016. Tahun lalu, pemerintah menetapkan kuota impor beras sebesar 1,5 juta ton dari Thailand dan Vietnam sebagai beras cadangan.

Menteri Pertanian mengatakan, yang terpenting saat ini pemerintah mencari solusi terkait ketersediaan beras ketimbang mengimpor beras. Saat ini kata dia, beras di pasaran melimpah padahal periode Januari-Februari masih masa paceklik beras. Ditambah lagi fenomena alam Elnino yang berpotensi mengganggu produksi pertanian.

“Januari- Februari harga beras di pasar turun 20 persen sampai 30 persen. Biasanya naik 30 persen. Ada perbaikan infrastruktur pertanian, benih kita perbaiki. Di Demak gabah hanya Rp2.500 sampai Rp2.800 [per kilogram],” lanjutnya.

Kendati Elnino yang menyebabkan suhu kering berkepanjangan terjadi pada 2015 sampai sekarang, Indonesia dapat melaluinya dengan baik. Ia membandingkan dengan intensitas Elnino pada 1997 sebesar  1,9 % menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras sebanyak 7,1 juta ton. Padahal penduduk saat itu hanya 202 juta jiwa. Pada 2015, saat intensitas Elnino meningkat menjadi 2,4% kuota impor beras hanya 1,5 juta ton. “Kalau kita interpelasi harusnya 2015 dengan penduduk 250 juta kita impor 10 juta ton,” tuturnya.

Justru kata dia, volume ekspor pangan Indonesia ke luar negeri meningkat ketimbang impor. “Ekspor bawang naik 100 persen, jagung 1.000 persen, impor 74 persen turun,” papar dia.

Sementara itu Bupati Bantul Suharsono dalam sambutannya di acara panen raya padi mengatakan, berkomitmen menjaga lahan hijau lantaran pertanian merupakan salah satu ekonomi utama di wilayah ini. Saat ini kata dia, lahan pertanian terancam ahli fungsi lahan akibat maraknya perumahan. “Tapi kami akan tetap jaga jalur hijau agar tidak dijadikan perumahan,” terang Suharsono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya