SOLOPOS.COM - Panen padi di Bantul. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Bantul menghadapi alih fungsi lahan

 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Harianjogja.com, BANTUL-Pemerintah Kabupaten Bantul (Pemkab Bantul) komitmen akan tetap mempertahankan lahan berkelanjutan.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Kabupaten Bantul Pulung Haryadi pada Senin (13/2/2017) lalu mengemukakan komitmen tersebut muncul karena berkurangnya lahan pertanian adalah hal yang nyata terlihat di Bantul, akibat masifnya pembangunan di Bantul.

Saat ini total luas lahan pertanian di Bantul tinggal sekitar 13.000 Hektare (Ha). Kendati penurunan luas lahan pertanian belum berpengaruh signifikan terhadap hasil pertanian, ia dengan tegas mengungkapkan, sebagai anggota tim ad hoc BKPRD Bantul, DPPKP menginginkan moratorium perumahan terus berjalan.

Penyelamatan lahan berkelanjutan bukan hanya lewat moratorium, melainkan juga lewat revisi Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang saat ini akan dibahas bersama DPRD Kabupaten Bantul.

Nantinya akan diatur pula soal adanya insentif, subsidi atau perjanjian antara pemerintah dengan para pemilik lahan pertanian, untuk mempertahankan lahan mereka. Ia berharap pada 2017 aturan itu selesai dibahas dan dapat disahkan pada 2018.

Ketika ditanya kenapa DPPKP ingin mempertahankan lahan berkelanjutan, Pulung menyebutkan beberapa alasan. Pertama, DPPKP ingin mempertahankan lahan pertanian untuk menjamin ketersediaan pangan di Bantul, lewat hasil tani.

Kedua, keseimbangan lingkungan, mengingat pepohonan, lahan hijau merupakan sumber oksigen yang penting bagi kehidupan.

“Ketiga, alasan kesuburan atau memelihara bumi. Kalau semuanya dibangun bangunan, maka tidak ada lagi rongga untuk bumi bernapas,” ujar dia.

Ia menyayangkan, dalam mempertahankan lahan pertanian, DPPKP menemui sejumlah kendala, salah satunya fragmentasi lahan milik masyarakat.

Maksudnya, tidak jarang sebuah lahan pertanian adalah “harta” satu-satunya yang dimiliki oleh seseorang, yang berasal dari fragmentasi lahan warisan orang tua mereka. Mereka tentunya juga ingin memanfaatkannya atau membutuhkan lahan itu untuk rumah atau keperluan lain.

“Itu kami kadang menemui dilema di sana, di satu sisi mereka sangat membutuhkan lahan itu, di sisi lain itu juga yang membuat lahan pertanian semakin berkurang,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya