SOLOPOS.COM - Fakultas Pertanian UNS menggelar webinar nasional tentang eksistensi petani milenial bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia. (Istimewa/FP UNS)

Solopos.com, SOLO—Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ingin menumbuhkembangkan eksistensi petani milenial. Langkah yang dilakukan adalah dengan menggelar berbagai pelatihan dan inovasi teknologi digital dengan konsep smart farming.

Hal itu diutarakan Dekan FP UNS, Prof. Samanhudi, saat membuka Webinar Nasional  secara daring dan luring dengan tema Menumbuhkembangkan Petani Milenial dalam Membangun Ketahanan Pangan Pasca Covid-19, Rabu (20/10). Webinar digelar untuk memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh 16 Oktober 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ada keinginan untuk membangun kolaborasi pemerintah, perguruan tinggi maupun dengan dunia industri dalam menumbuhkembangkan petani milenial,” ujar Prof. Samanhudi seperti dalam rilis ke Solopos.com, Kamis (21/10/2021).

Baca Juga: Jika Kondisi Darurat, Wonogiri Aktifkan Lagi Tempat Isoter

Ekspedisi Mudik 2024

Hadir sebagai pembicara dalam Webinar Nasional tersebut adalah Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Kementerian Pertanian Ir. Bustanul Arifin Caya, M.D.M. Dia memaparkan tentang strategi dan kebijakan pemerintah dalam mendukung petani milenial.

Arah kebijakan Kementerian Pertanian RI pada 2020-2024, papar dia, adalah terjaganya ketahanan pangan nasional, meningkatnya nilai tambah dan daya saing pertanian, menjaga keberlanjutan sumberdaya pertanian serta tersedianya prasarana dan sarana pertanian. Selanjutnya Program petani milenial di Kementerian Pertanian  meliputi pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, dan penumbuhan wirausaha muda pertanian.

“Kemudian youth entrepreneurship and employement supporty services (YESS), kostratani, dan duta petani  milenial andalan (DPA),” ujarnya.

Baca Juga: Tak Diizinkan Orang Tua, Sebagian Siswa SMP di Wonogiri Tak Ikuti PTM

Pembicara kedua adalah anggota DPRD Kabupaten Sragen, Wulan Purnama Sari, M.I.Kom, yang mengurai tentang bagaimana membangun jejaring dan komunikasi yang efektif dalam mengembangkan petani milenial.  Kepercayaan (trust), kata dia, bagaimana petani milenial bisa membangun kepercayaan dengan pemerintah dan juga dengan perusahaan-perusahaan dengan cara membangun reputasi yang baik (building good brand image).

Kemudiam menetapkan tujuan, bagaimana petani milenial menetapkan tujuannya secara SMART (specific, measurable, achieveable, realistic and timed). Misalnya bagaimana memasarkan produk dengan cara mudah dan dikenal.

Petani milenial juga diharapkan bisa memperluas jejaring di antaranya berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal seperti dengan mengikuti komunitas baru. “Memanfaatkan jejaring dan simbiosis mutualisme, bagaimana pemerintah dan perusahaan bisa membantu petani milenial dan sebaliknya,” kata Wulan.

Baca Juga: Automatic Ozone Machine Bikin PTM di SDN II Butuhan Klaten Kian Nyaman

 

5 Pilar

Dosen penyuluhan pertanian pada Fakultas Pertanian UNS, Dr. Agung Wibowo, menyampaikan lima pilar penyuluhan pertanian dalam memberdayakan petani milenial. Lima pilar itu adalah keilmuan dan kapasitas penyuluh pertanian, kelembagaan penyuluhan pertanian, governance system penyuluhan pertanian, regulasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, dan keberadaan organisasi profesi.

“Mensinergikan program kementerian pertanian, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka perguruan tinggi, dan corporate social responsibility dari perusahaan akan menjadi katalisator dalam menumbuhkembangkan petani milenial pasca pendemi covid-19,” kata Agung.

Pada keempatan tersebut hadir secara virtual Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin. Dia menyampaikan tentang gerakan menumbuhkan petani milenial di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Baca Juga: Projo Fasilitasi 1.400 Dosis Vaksinasi di Banyudono Boyolali

Contoh yang dilakukan adalah pemanfaatan solar cell untuk irigasi sawah. Dengan keberadaan solar cell akan meningkatkan diversifikasi produk pertanian, produksi, produktivitas yang bermuara peningkatan pendapatan petani.

“Selain itu juga menggerakkan petani muda untuk memproduksi pupuk secara mandiri, pestisida organik yang akan menekan biaya produksi,” jelas Mochamad Nur Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya