SOLOPOS.COM - Michelle bersama suaminya Michael (Facebook)

Kisah Tragis kali ini tentang penyakit langka bernama Misophonia.

Solopos.com, NEW YORK – Michelle Lamarche Marrese, 52, ahli sejarah penerima beasiswa Fullbright ditemukan tak bernyawa di rumah mewahnya di Kota New York, Amerika Serikat, 30 Oktober 2016. Michelle nekat bunuh diri setelah bertahun-tahun menderita kondisi langka yang disebut Misophonia.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Misophonia adalah kondisi langka yang membuat penderitanya seolah mendengar suara-suara tertentu dan menyebabkan reaksi kepanikan atau bahkan kemarahan.

Dilberitakan New York Post, Selasa (1/11/2016), Polisi menerima laporan dari teman Michelle jika doktor berdarah Rusia itu sudah tidak membalas pesan beberapa hari.  Awalnya bunuh diri ini diduga disebabkan retaknya kondisi rumah tangga Michelle.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal ini ditekahui lantara, beberapa hari sebelum bunuh diri, Michelle menceritakan rasa kesalnya pada suaminya melalui media sosial Facebook. Michelle menuliskan status yang menceritakan suaminya, Michael Maresse, hanya mementingkan dirinya sendiri.

Dia tidak pernah memperhatikan Michelle selama 30 tahun pernikahan. Di sisi lain, Pada 22 Oktober, melalui media sosial Facebook Michelle menunjuk temannya, Greta Buthcer, sebagai kontak warisan. Michelle menyuruh Greta untuk mengganti status akun Michelle menjadi ‘dikenang’ jika dalam kurun waktu satu pekan tidak ada status baru dari Michelle.

“Saya sudah mengenalnya 20 tahun terakhir. Saya mendengar desas-desus tentang pernikahan Michelle, namun saya sangat terkejut saat melihat apa yang ditulisnya di Facebook. Setauh saya dia adalah orang sangat tertutup,” ungkap Greta seperti dikutip New York Post.

Alasan  sebenarnya Michelle bunuh diri diungkap oleh jurnalis Joyce Cohen, Rabu (16/11/2016) masih melalui New York Post. Joyce mengaku menerima surat elektronik (surel) dari Michellepada Februari 2016. Surel tersebut berisi curahan hati dan permintaan nasehat dari Michelle terhada Joey. Hal ini dilakukan Michelle karena pada 2011 Joey pernah menulis artikel penelitian yang mendalami kehidupan penderita misophonia.

Dalam artikel Joyce, aktivitas makan bersama bisa menjadi mimpi buruk bagi penderita mishoponia. Suara orang mengunyah, gesekan sendok dengan piring, hingga suara napas bisa sangat menyiksa bagi penderita misophonia. Selain menimbulkan kepanikan, suara bisa menyebabkan rasa marah yang tiba-tiba bagi penderita misophonia.

“Sayang sekali usahaku untuk memerangi suara-suara yang kudengar ini [yang tidak didengar orang lain] menghancurkan pernikahan dan kesehatanku,” ungkap Michelle dalam surel yang diterima Joyce seperti dikutip New York Post

Hingga saat ini misophonia merupakan salah satu kondisi langka yang belum ditemukan penyebabnya secara pasti. Ada yang menyebut misophonia bisa jadi bukan kelainan yang berhubungan dengan suara, namun kelainan syaraf.

Beberapa penderita bisa terpengaruh hanya dengan lambaian tangan atau langkah kaki. Reaksi yang disebabkan oleh suara tidak berhubungan dengan volume suara. Baik suara sangat keras atau lirih bisa berakibat buruk bagi penderita.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya