SOLOPOS.COM - Mbah Karni Martiwijoyo (tengah) bersama anaknya yang nomor tiga Sumini, 67, (kiri) dan menantunya Wagimin, 72, (kanan) duduk lesehan di teras depan rumahnya, Dukuh Pandak RT 004/RW 001, Desa Krikilan, Masaran, Sragen, Jumat (14/2/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Seorang perempuan tua duduk lesehan di teras rumah di Dukuh Pandak RT 004/RW 001, Desa Krikilan, Masaran, Sragen, Jumat (14/2/2020) siang.

Dia ditemani anak yang nomor tiga, Sumini, 67, dan menantunya, Wagimin, 72.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Rumah itu berdiri di kawasan Petilasan Mangkubumi. Di tempat itulah, Pangeran Mangkubumi membangun pesanggrahan berupa joglo dengan atap dari dedaunan (welit) setelah keluar dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada masa Paku Buwono II menjadi Susuhunan.

Sebelumnya, bangunan joglo peninggalan Pangeran Mangkubumi itu dihuni Mbah Ahmad Sari. Namun, joglo tersebut ambruk pada zaman pemerintahan Bupati Sragen R. Bawono.

Hari Ini Dalam Sejarah: 14 Februari 269, Santo Valentine Meninggal Dunia

Sekarang bangunan rumah sederhana berdiri di lahan tersebut. Salah satu penghuninya adalah Karni Martowijoyo, perempuan tua yang duduk lesehan di teras rumah tersebut.

Karni Martowijoyo yang merupakan menantu Mbah Ahmad Sari dikenal sebagai orang paling tua di desa tersebut. Dia mengklaim umurnya saat ini 123 tahun.

Kisah Mistis Mendaki Gunung Lawu di Malam 1 Suro

Karni tinggal di rumah peninggalan almarhum suaminya itu bersama anaknya yang nomor tiga, Sumini, 67. Kedua mata Sumini sudah rabun tetapi mata ibunya, Karni, masih jelas melihat.

Karni duduk lesehan di teras rumahnya yang belum berlantai keramik. Ada buntalan plastik warna ungu di sampingnya.

3 Persimpangan di Wonogiri Kota Dipasangi Kamera CCTV, Persiapan E-Tilang?

Plastik itu dibawa ke mana pun karena berisi kinang lengkap dengan tembakau, daun sirih, injet, dan gambir.

“Saya tidak pernah minum jamu apa-apa. Jamunya ya nginang,” ujar Karni sembari tertawa lebar memperlihatkan giginya yang sudah ompong.

Pendengaran Karni sudah berkurang. Orang yang berbicara dengan Karni harus menaikkan suara supaya Karni mendengar.

Agenda Presiden Jokowi 14-15 Februari di Jogja Hingga Wonogiri

“Saat suami saya masih hidup, umur saya sudah dihitung, yakni 100 tahun lebih 20 tahun. Suami dan saya itu umurnya hampir sama karena satu generasi," kata dia.

Saat zaman Jepang menjajah Indonesia, Karni sudah punya satu anak yang sudah besar. Sekarang canggah (generasi kelima) Karni ada 10 orang.

"Anaknya hanya enam, tetapi cucu dan buyut sudah lupa jumlahnya saking banyaknya,” kata Karni diamini anaknya, Sumini.

Cleo Vitri, Inikah Penampilan Lucinta Luna Sebelum Ganti Kelamin?

Karni memang dikenal sebagai perempuan tertua di Desa Krikilan, Kecamatan Masaran. Saat zaman kolonial Belanda, Karni sudah bersembunyi dari desa satu ke desa lainnya.

Namun Karni sudah lupa tahun kelahirannya. Anak sulung Karni yang tinggal di Sragen, Suminah, diperkirakan berumur 80 tahun atau lahir pada 1940. Kemungkinan umur Karni sekarang memang sudah 100-an tahun.

Korea Utara Tembak Mati Pengidap Virus Corona?

Semasa muda, karni sudah berpengalaman menjadi pedagang, mulai dari bakul beras, daun, sampai jualan garam.

Bahkan saat beras mahal, Karni pernah makan nasi gogik dengan sayur krokot.



Ogah Sentuh Narkoba, Didi Kempot Pilih Ciu

“Dulu semua mahal. Sekarang saja sudah enak. Saya ini sudah tua. Jalan dari belakang rumah ke depan rumah saja sudah berat. Bisanya yang duduk-duduk begini,” katanya.

Juru kunci makam Pandak, Gimo, 75, membenarkan bila Mbah Karni orang tertua di Desa Krikilan. Kalau di Kecamatan Masaran, Gimo tidak mengetahui.

Lowongan Kerja Terbaru, Klik di Sini!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya