SOLOPOS.COM - Pengamat Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Sri Sulandjari, saat menjadi pembicara pada acara Entrepreneur Networking Forum yang digelar BTPN dan Harian Bisnis Indonesia di Hotel Aston Semarang, Rabu (11/10/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Perekonomian Jateng pada tahun 2018 mendatang bakal dipengaruhi posisi provinsi ini sebagai sasaran relokasi industri dari kota-kota besar.

Semarangpos.com, SEMARANG — Ekonom dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Sri Sulandjari meramalkan wilayah Provinsi Jawa Tengah menjadi sasaran relokasi industri dari kota-kota besar lain dalam 2 tahun-3 tahun ke depan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sekarang pun sudah, seperti di Wonogiri. Banyak perusahaan hasil relokasi dari kota-kota besar yang berdiri di sana. Di Semarang, Demak juga sama, kemudian Boyolali juga,” paparnya di Kota Semarang, Rabu (11/10/2017). Prediksi itu diungkapkannya seusai Entrepreneur Networking Forum bertema “Outlook Ekonomi 2018: Mengoptimalkan Potensi Daerah Dalam Era Digital” yang diprakarsai BTPN dan Harian Bisnis Indonesia di Hotel Aston, Kota Semarang, Jateng.

Ia mengatakan banyak perusahaan garmen dari Jakarta, Tangerang, dan Bandung melakukan relokasi atau berpindah tempat dengan mencari lokasi yang banyak pekerjanya, salah satu daerah tujuanya adalah Jateng. “Kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan karena bisa menyerap tenaga kerja lokal di daerah tersebut sehingga meningkatkan perekonomian daerah, khususnya Jateng,” katanya.

Apalagi, sambung dia, ada kecenderungan iklim investasi yang terus meningkat di Jateng, termasuk pengusaha asing yang menanamkan investasinya di provinsi tersebut seiring kondisi sosial politik yang kondusif. “Pernah kami berdiskusi dengan beberapa pengusaha asing yang ternyata mereka tidak takut berinvestasi dan tidak terpengaruh dengan kondisi politik, seperti pilkada serentak,” katanya.

Tentunya, kata dia, bermunculannya industri baru hasil relokasi dari kota-kota besar dan meningkatnya investasi bisa membantu penanggulangan problem kemiskinan di wilayah Jateng.

Mengenai kemiskinan, kata dia, sebenarnya keberadaan kantong-kantong kemiskinan di Jateng, terutama di daerah-daerah tandus memang menjadi problem tersendiri yang harus diatasi agar daerah tersebut bisa menjadi subur. “Selain karena persoalan alam, yakni kesulitan air, tanah tandus yang ada selama ini juga diakibatkan pola tanam yang menggunakan pupuk dan obat-obatan kimia sehingga membuat tanah menjadi tidak subur lagi,” katanya.

Semestinya, kata dia, dilakukan treatment untuk membuat tanah kembali subur yang diikuti dengan penerapan sistem integrated farming, yakni pertanian pangan dan hortikultura, perikanan, serta peternakan. “Masyarakat yang melakukan, sementara pemerintah hanya perlu memberikan stimulus, misalnya membantu investasi awal. Kalau pertanian terintegrasi sudah berjalan, nanti akan muter sendiri,” kata Sri.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya