SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kira-kira di era 1980-an ketika saya masih kanak-kanak setiap saya main ke rumah teman atau pergi ke rumah famili, saya selalu melihat stiker di atas pintu atau di kaca almari yang berbunyi “Sopo Durung Salat?”. Waktu itu saya tidak berpikir bahwa stiker itu ternyata sebuah kampanye dakwah yang cukup merakyat. Hampir semua rumah di lingkungan saya kecil memiliki stiker kecil itu. Mungkin stiker itu sama populernya dengan stiker bergambar lidah terjulur yang melambangkan grup musik Rolling Stones waktu itu.

Sederhana dan mudah dipahami. Itulah pesan stiker itu : bahwa salat harus selalu diingatkan karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Adzan adalah pengingat ketika masuk waktunya salat. Tapi adakalanya orang tidak mendengar adzan karena suatu urusan, stiker adalah sarana pengingatnya. Mengapa yang harus diingatkan adalah ibadah salat? Bukan zakat atau haji? Salat adalah fondasi kehidupan keimanan seorang muslim. Salat menempati posisi paling istimewa dalam struktur ibadah. Berikut adalah ilustrasi betapa pentingnya salat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam menjalankan kehidupan sebagai Rasullullah, Nabi Muhammad SAW melewati tiga momentum penting yang tonggak prinsipil bagi ummat manusia, yaitu Isra’ Mikraj, Hijrah, dan Haji Wada’. Isra’ adalah perjalanan dari Masjid Al Haram menuju Masjid Al Aqsa, dan Mikraj adalah perjalanan dari Masjid Al Aqsa menuju Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan yang ditempuh hanya dalam satu malam ini, Rasulullah mendapatkan wahyu yang berisi perintah salat.

Begitu istimewanya perintah salat sehingga harus Allah SWT sendiri yang langsung memberikan wahyunya di tempat yang istimewa juga, yaitu di Arsy-Nya. Tidak ada yang lebih istimewa daripada ibadah salat bagi seorang muslim. Batas antara keimanan dan kekafiran adalah salat. Seorang muslim yang sengaja meninggalkan salat maka ia sudah melewati batas dan masuk ke area kafir. Allah tidak pernah bercanda dalam memberikan perintahnya. Allah juga tidak pernah ingkar janji dalam memberikan pahala.

Salat adalah mikrajnya kaum beriman, demikian diujarkan dalam sebuah hadits. Dengan menjalankan salat sesungguhnya seseorang sedang melakukan perjalanan ruhani menuju Allah. Kekhusyukan adalah indikator perjalanan tersebut. Semakin khusyuk, semakin jauh dia dari dunia fana ini. Secara harfiah, salat memang seperti seremoni atau upacara fisik saja, namun di balik kesederhanaan atribut salat itu tersimpan kesejatian dalam hidup manusia. Hidup itu sejatinya hanyalah menunggu datangnya kamatian.

Kebijaksanaan terdalam yang dimiliki oleh peradabaan manusia sesungguhnya adalah kesadaran bahwa kehidupan di dunia ini akan berakhir dan berlanjut ke kehidupan di alam yang lain, yaitu alam akhirat. Allah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada manusia untuk hidup di dunia ini dalam rangka mencari bekal menuju hidup yang sejati yaitu kehidupan akhirat.

Salat adalah peringatan bagi yang mau mendengar dan mendirikannya. Saya khawatir kalau yang selama ini kita lakukan hanyalah mengerjakan salat, tapi tidak mendirikan salat. Jika kita sudah mendirikan salat, mungkin tidak ada lagi korupsi di negeri ini. Para koruptor yang beragama Islam itu konon juga mengerjakan salat, menunaikan zakat atas hasil korupsinya, berhaji, dan sadar kalau mereka akan mati. Namun kenapa mereka masih saja korupsi? Mungkin karena yang mereka lakukan hanyalah mengerjakan salat. Jika salat sudah benar-benar didirikan ia akan mengejawantah dalam diri dan kehidupan sehari-hari.

Semoga kita bisa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

M Firdaus Khalimi

Peneliti Ilmu Sosial Re-Park Institute

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya