SOLOPOS.COM - Pengunjung bazar melakukan pembayaran menggunakan QRIS dalam pameran di sela peluncuran Desa Digital Tawangsari di Aula Camp Bell 2 Edupark, Tawangsari, Kamis (28/10/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI–Percepatan digitalisasi di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras membuat wilayah itu kini memiliki 1.400-an pengguna quick response code indonesian standard (QRIS). Jumlah itu menyumbangan sekitar 7,36 persen dari total pengguna QRIS di Boyolali yang mencapai 19.000 pengguna.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bimala, saat  peluncuran Desa Digital Tawangsari, Kamis (28/10/2021). Ia menceritakan QRIS merupakan jawaban atas banyaknya sistem pembayaran saat berbelanja di merchant. QRIS lantas mewadahi pembayaran itu menjadi satu platform.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Satu untuk semua aplikasi. Kenapa? Karena digitalisasi itu yang paling penting masyarakat mau berubah perilakunya. Yang tunai ini penuh risiko. QRIS ini mengurangi risikonya,” kata Bimala.

Baca Juga: Jadi Desa Digital, Tawangsari Pertama Gunakan QRIS di Boyolali

Risiko ini salah satunya adalah penularan di tengah pandemi Covid-19. QRIS menekan risiko dengan model contactless. Sebab, pembayaran menggunakan QRIS cukup memindai sebuah barcode menggunakan ponsel yang bersifat pribadi.

Tingginya penggunaan QRIS di Boyolali ini mempercepat digitalisasi di daerah dengan peran Pemerintah Kabupaten Boyolali, BI, Otoritas Jasa Keuangan. Kemudian, upaya ini direplikasi ke banyak desa lain di sekitarnya.

QRIS juga membantu UMKM melakukan pencatatan penjualannya secara efisien. Selama ini, UMKM kerap terkendala dalam sistem pelaporan transaksi.

Baca Juga: Desa Tawangsari Boyolali Deklarasikan Diri sebagai Desa Digital

QRIS membantu mencatat setiap transaksi yang dilakukan. Uang hasil transaksi itu langsung masuk ke rekening penjual. “UMKM tidak ada lagi alasan tidak tercatat penjualannya. Kalau kaya gitu [sudah tercatat penjualannya] mereka bisa mengakses perbankan. Buat UMKM ini sangat membantu,” ujar Bimala.

Kepala Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (BBPPM) Yogyakarta Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Widaryanto, mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Tawangsari. Inovasi ini berhasil menggaet dukungan banyak pihak untuk turut memperkuat pemberdayaan dan pembangunan di desa.

“Ini bisa ditiru desa lain. Ini jadi contoh untuk desa lain untuk mempercepat pemberdayaannya dan pembangunanya,” kata dia.

Baca Juga: Pohon Asam Raksasa di Taskombang Klaten Dikenal Angker

Tak hanya itu, Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Yogyakarta juga siap membantu pengembangan lebih lanjut. Kemendes PDTT saat ini memiliki program pembangunan desa cerdas atau smart village.

Selain itu, pengembangan juga menyasar pada penguatan kapasitas sumber daya manusia di Tawangsari dan Kabupaten Boyolali pada umumnya.

“Kami bergerak di kegiatan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat. Kami bisa berikan pelatih-pelatih andal yang diperlukan Tawangsari agar lebih bagus. Misalnya teknologi online, manajemen BUM Desa bersama, BUM Desa, dan pelatihan ekonomi kreatif dan pengembangan produk,” terang Widaryanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya