SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JOGJA—Bank syariah menuai kritikan masyarakat terkait bagi hasil yang masih mengacu pada suku bunga bank konvensional. Kendati demikian, bank syariah di DIY justru tumbuh pesat mencapai 97,2% selama tujuh tahun terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bank Indonesia (BI) DIY, Mahdi Mahmudi menyatakan, perbankan syariah cenderung merujuk tingkat imbal hasil pada suku bunga yang berlaku di bank konvensional. Perilaku ini membawa risiko reputasi, karena orang berpikir tak ada perbedaan signifikan antara keuangan syariah dengan keuangan perbankan.

Berbagai kritikan dari masyarakat tersebut, menurutnya telah disampaikan ke BI pusat dan tengah dikaji untuk dicarikan solusinya.

“Sedang kami godok, kritikan kami tampung kami mencoba mencari solusinya kami akan ketemu lagi dengan stake holder, sebenarnya prinsipnya (bagi hasil) seperti apa. Ini masukan yang bagus bagi perbankan syariah,” tuturnya saat menjadi pembicara kunci dalam seminar yang digelar Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbindo) DIY, Rabu (23/5).

Kendati terus menuai kritik, perbankan syariah secara nasional maupun DIY mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. BI mencatat di Jogja pada 2005 aset bank ini hanya sebesar Rp294 miliar, namun pada kuartal pertama tahun ini melejit hingga Rp2,3 triliun atau tumbuh hingga 97,2% per tahun.

Prestasi ini didorong pertumbuhan dana yang dihimpun sebesar 96% dan pembiayaan yang rata-rata tumbuh 56,8% per tahun. Jumlah nasabah mencapai 241.000 orang. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya