SOLOPOS.COM - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Nico Agus Putranto dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Solo Kristiana Hariyanti saat talkshow di studio Solopos FM, Griya Solopos, Solo, Selasa (20/9/2022). (Youtube Solopos FM)

Solopos.com, SOLO — Kecamatan Laweyan menjadi daerah dengan risiko bencana paling tinggi dibanding kecamatan lain berdasarkan kajian yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo.

Hal itu disampaikan Kepala BPBD Solo Nico Agus Putranto dalam Talkshow Interaktif Bertajuk  Menuju Kota Solo Tangguh Bencana yang digelar Solopos FM, Selasa (20/9/2022). Hadir dalam talkshow mendampingi Nico, ada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Solo Kristiana Hariyanti.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami memetakan kira-kira risiko paling tinggi Laweyan karena paling banyak dilewati sungai kota. Sungai Jenes, Premulung, Brojo, lewatnya Laweyan semua,” kata Nico.

Dia menjelaskan Kota Solo masuk kategori daerah bencana ringan namun kondisi padat penduduk membuat risiko bencananya besar. Bencana alam skala kecil bisa berdampak luas.

Menurut dia, bencana yang paling sering terjadi di Kota Solo adalah banjir, tanah longsor, serta pohon tumbang akibat puting beliung dan curah hujan tinggi. Daerah bantaran sungai rawan banjir serta tanah longsor.

Baca Juga: Dibangun Era PB X Tahun 1918, Begini Perjalanan Sejarah Pintu Air Demangan Solo

“Aliran sungai melewati wilayah ini menjadikan Solo daerah penopang [dari Boyolali dan Klaten] sebelum aliran sungai mengalir ke Bengawan Solo. Air yang antre ke Bengawan Solo membuat sungai meluap sampai lingkungan [permukiman],” jelasnya.

Simulasi Penanganan Bencana

Memetakan daerah risiko bencana, menurut Nico, merupakan salah satu upaya BPBD Solo menyiapkan program Solo Tangguh Bencana. Sosialisasi dan simulasi telah dilakukan khususnya di wilayah yang berisiko atau sering terjadi bencana.

“Kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya wilayah yang menurut catatan kami sering terjadi bencana banjir. Simulasi dengan sukarelawan di wilayah-wilayah. Nantinya kami harapkan pemangku kepentingan di sana melakukan sosialisasi lebih jauh lagi kepada masyarakat,” paparnya.

Baca Juga: Berdiri di Atas Kali Tegalkonas, Masjid di Kedunglumbu Solo bakal Dipindah

Kota Solo saat sudah memasuki peralihan musim kemarau ke musim penghujan dengan beberapa kali turun hujan akhir-akhir ini. BPBD Solo telah membentuk Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) 24 jam apabila menerima laporan masyarakat.

Selain bencana, lanjut dia, tim BPBD Solo ikut menangani lakalantas, mengevakuasi ular, evakuasi sarang tawon. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Solo telah melakukan beberapa pelatihan dan siap melakukan patroli ketika hujan dengan durasi 15 menit.

Sementara itu, Kepala DLH Solo, Kristiana Hariyanti, menjelaskan tupoksi DLH Solo terkait bencana merupakan pohon tumbang. Biasanya hujan lebat disertai angin pasti ada pohon tumbang karena tidak kuat menahan beban pohon.

Baca Juga: Cek Daftar 21 Kelurahan Rawan Banjir di Kota Solo, Ada Wilayahmu Lur?

“Kami melakukan antisipasi dengan mendata pohon mana harus ada disikapi untuk perempelan supaya mengurangi beban pohon. Ada juga pohon yang mungkin secara fisik tampak baik namun di dalamnya keropos,” jelasnya.

Pengendalian Saluran Air

Upaya antisipasi risiko bencana lain yang dilakukan DLH Solo, menurut Ana, yakni membersihkan bladek. Bladek yang dimaksud merupakan upaya membersihkan selokan atau ruas jalan yang ada pasirnya.

DLH Solo melakukan pengendalian saluran air sepanjang jalan protokol di Kota Solo. “Kami bersiaga 24 jam  dengan kolaborasi bersama timnya Pak Nico. Kami siap terkait bencana pohon tumbang. Kolaborasi sudah berjalan dengan baik dan siap menggandeng dinas/kelompok masyarakat mana pun,” jelasnya.

Baca Juga: 162 Rumah Kena Puting Beliung di Jebres Solo, Ada Bantuan Dari Pemkot?

Menurutnya, wilayah Kota Solo berbeda dengan kabupaten lain di Soloraya karena Solo memiliki wilayah kecil namun dengan kondisi penduduk padat. Pohon tumbang atau sampah mungkin belum tentu menjadi bencana di wilayah kabupaten lain namun menjadi perhatian serius di Kota Solo.

“Wilayah lain longsor dengan area banyak baru dinyatakan bencana. Kalau Solo ada kejadian kecil menimbulkan risiko dan korban bencana banyak. Salah satunya tupoksinya DLH pohon tumbang kadang-kadang itu tidak dianggap bencana namun bila terjadi dampaknya luar biasa,” jelasnya.

Dia menjelaskan penanganan yang terlambat lima menit saja bisa berdampak pada kemacetan lalu lintas. Sampah yang dibuang ke sungai bisa menjadi salah satu penyebab banjir. Upaya edukasi kepada masyarakat dilakukan dengan menggandeng beberapa instansi terkait, seperti Satpol PP Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya