SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, BOJONEGORO — Beberapa tahun terakhir kalangan perajin tunggak jati atau gembol di sejumlah desa di Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mulai kesulitan memperoleh bahan di kawasan hutan karena stok semakin menipis. 

Seorang perajin tunggak jati atau akar jati di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro, Sulisno, Kamis (28/2/2019), menjelaskan bahan tunggak jati yang tersedia di kawasan hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan, yang dekat dengan lokasi perajin, semakin sulit diperoleh.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tapi, lanjut dia dibenarkan perajin tunggak jati di desa setempat Nyono, perajin tunggak jati di desa setempat juga Desa Meduri, juga di Kecamatan Margomulyo, masih bisa memperoleh bahan tunggak jati dari KPH Nganjuk, Caruban, Madiun dan KPH di Blora, Jateng.

Tunggak jati di kawasan hutan Ngawi, lanjut Sulisno, ditampung para perajin tunggak di sejumlah desa di Ngawi. ” Di Ngawi cukup banyak perajin tunggak jati,” ujarnya.

Di lain pihak, menurut dia, tunggak jati di kawasan KPH Bojonegoro, kata Sulisno, untuk tunggak jati yang diperoleh perajin kualitasnya tidak bagus. Dia nenyebutkan di Desa Geneng, Kecamatan Margomulyo, ada 64 perajin tunggak jati belum termasuk desa lainnya.

“Kami memang mencegah tunggak jati di bawa keluar, sebab kalau dibiarkan bisa merusak kawasan hutan, ” kata Manajer Bisnis KPH Bojonegoro Ahmad Yani menambahkan.

Selama ini para perajin tunggak jati, mempola tunggak jati menjadi berbagai kerajinan mulai mebel, kursi, rak, hiasan selendang akar jati, mangkuk, juga bentuk kerajinan lainnya.

Pembelinya, kata Sulisno, tidak hanya konsumen dalam negeri tapi juga dari berbagai negara di luar negeri, seperti Amerika Serikat, Italia, Jepang juga negara lainnya. ” Tapi pembeli luar negeri yang datang kesini untuk proses pengiriman ditangani pedagang dari Bali atau Yogyakarta, ” kata dia .

Ia mencontohkan dirinya memperoleh pesanan puluhan kerajinan selendang akar jati juga pesanan pembeli luar negeri yang dibeli pedagang asal Bali.

“Kalau kerajinan selendang akar jati ini pesanan. Sebab harganya Rp850.000 per kerajinan,” ucapnya seraya menambahkan bawa onzet kotor kerajinan tunggak jati di tempatnya mencapai Rp30 juta/bulan.

Namun, untuk harga kerajinan tunggak jati para perajin membuat secara rutin, sepeti mangkuk, asbak, juga meja dan kursi dengan harga mulai Rp50.000 sampai Rp2,5 juta per unit.

Kepala Puslitbang LPPM UPNV Yogyakarta Dr. Sri Suryaningsum, berpendapat harus ada usaha mempertahankan perajin tunggak jati di Bojonegoro tidak berhenti berproduksi karena kehabisan bahan.

Salah satu cara menjadikan lokasi setempat menjadi objek wisata dengan produksi kerajinan tunggak jati tapi dengan pola tertentu yang prinsipnya menghemat bahan.

“Pengunjung yang datang pulangnya membeli kerajinan sebagai oleh-oleh bukan produksi kerajinan setempat dibeli pedagang dari luar kemudian dikirim ke luar negeri dengan jumlah banyak,” katanya. 

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya