SOLOPOS.COM - Pekerja mencetak sari kedelai yang akan menjadi tahu di sentra industri tahu Teguhan, Sragen Wetan, Sragen, Selasa (18/5/2021). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN --  Para pelaku usaha industri tahu di RT 007-RT 009/RW 003 Teguhan, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, sambat dengan harga kedelai yang tembus Rp11.000/kg per Selasa (18/5/2021). Namun geliat produksi tahu terus berjalan meski batin mereka menjerit akibat mahalnya harga kedelai.

Seperti yang dilakukan Suwolo, 52, pelaku industri tahu selama 24 tahun yang tinggal di lingkungan RT 009/RW 003 Teguhan. Industri tahunya terletak di lingkungan RT 008/RW 003 yang hanya berjarak 50 meter dari rumahnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada Selasa, Suwolo menyaring air sari pati kedelai ke dalam lubang besar. Sari-sari kedelai yang diolah itulah yang diproses menjadi tahu. Sari-sari kedelai itu dituangkan dalam kotak berukuran 48 sentimeter persegi dengan ketebalan tertentu.

Baca juga: Komplet Lur... Aneka Makanan Lezat Dijajakan di 2 Ikon Kuliner Baru Sragen

Setelah padat, setiap kotaknya bisa diiris menjadi 72 buah tahu atau 110 buah tahu. Dengan harga kedelai yang melejit itu, Suwolo mengurangi ukuran tahu yang biasanya satu kotak menjadi 110 buah sekarang diiris menjadi 120 buah per kotak.

“Kalau ukuran dikurangi agak banyak, tahu tidak laku di pasar. Pelanggan tidak mau beli kalau harga dinaikkan. Perajin kecil seperti kami ini menjadi pusing. Kalau tidak dikurangi ukurannya, kami tidak bisa makan karena harga terus naik dan sekarang tembus Rp11.000/kg,” ujar Suwolo saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa siang.

Suwolo ingat betul empat bulan lalu harga masih Rp9.600-Rp9.700/kg. Sebelum Puasa, sebut dia, harga naik menjadi Rp9.800/kg. Kemudian saat Bulan Puasa, ujar dia, harga naik lagi menjadi Rp10.000/kg.

“Kemudian habis Lebaran, Sabtu lalu, harga agak turun Rp9.950/kg. Hla sekarang malah naik lagi menjadi Rp11.000/kg. Kami ingin harga bisa stabil. Kami meminta kepada pemerintah agar ada kebijakan subsidi agar harga kedelai bisa stabil dan terjangku bagi kami,” pintanya.

Baca juga: Laris Manis! Penthol Portugal Sragen Jadi Jajanan Favorit Pemudik

Dalam sehari, Suwolo membutuhkan kedelai 1,5-2 kuintal untuk produksi tahu. Rata-rata kebutuhan perajin tahu turun semua karena harga yang melambung.

Jumlah pelaku industri tahu di Teguhan itu mencapai 80 unit usaha yang menyebar di RT 007 sebanyak 10 unit, RT 008 sebanyak 40 unit, dan di RT 009 sebanyak 30 unit.

Harga Minyak Goreng Juga Naik

Pengusaha tahu lainnya di RT 009/RW 003, Suwarno, 39, menyebut harga kedelai naik sampai 40%, yakni dari harga Rp9.800/kg sebelum Puasa hingga sekarang menjadi Rp11.000/kg.

“Laku tidak laku harga tahu ya tetap tetapi harga kedelai naik terus. Harga minyak goreng curah juga naik. Kalau terus-terusan naik, yang nomboki siapa. Ya, kami seperti sambatan selama 1 tahun. Kalau pelanggan yang menyadari bisa paham tetapi ada pelanggan yang tidak mau tahu, yang penting harga tahu murah,” katanya.

Baca juga: Diduga Cemburu, Pria Di Sukodono Sragen Ngamuk Sabetkan Sabit ke Tetangganya

Ketua Paguyuban Pengrajin Tahu Teguhan, Parwanto, 54, mengaku para perajin hanya bisa bertahan hidup di masa pandemi Covid-19. Dia mengatakan pandemi ini berdampak terhadap ekonomi para pengrajin tahu kecil.

“Kami tinggal mengandalkan jualan ampas tahu untuk makanan ternak sapi. Kalau mengandalkan hasil jualan tahu sangat mepet. Ibaratnya tenaga produksi tidak dihitung. Kami membentuk paguyuban supaya masyarakat bisa berdaya. Ada pinjaman bergulir di paguyuban supaya mereka tidak terjerat rentenir,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya