SOLOPOS.COM - WARNA ALAM--Pekerja mencelup kain batik kelarutan pewarna alam secara berulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan, di Batik Warna Alam Rosso, Bantul, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Harianjogja.com, BANTUL – Perajin yang tergabung dalam Paguyuban Batik Giriloyo, Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, berupaya mandiri dalam mengekspor batik produk sentra kerajinan tersebut.

“Produk-produk batik sentra Giriloyo ini memang sudah ekspor, namun melalui pihak ketiga, makanya ke depan kami ingin berupaya produk batik tersebut diekspor sendiri,” kata Ketua Paguyuban Batik Giriloyo, Bantul Nur Ahmadi, Sabtu (30/8/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, berbagai persiapan telah dilakukan untuk kemandirian dalam ekspor di antaranya dengan pertemuan rutin paguyuban yang saat ini memiliki anggota sekitar 1200 orang yang tergabung dalam 15 kelompok perajin batik.

“Persiapannya sudah sekitar 60 persen, yang jelas kami menguatkan sumber daya manusia (SDM) perajin unutk ke arah sana,” katanya.

Ia mengatakan, dengan mengekspor sendiri produk kerajinan maka manfaat yang didapatkan lebih besar, selain penghasilan lebih maksimal, juga untuk mengetahui pasar ekspor termasuk selera yang paling diminati pembeli.

“Dalam setiap bulan pendapatan per kelompok rata-rata berkisar Rp3 juta, sehingga jika diakumulasikan perputaran uang di 15 kelompok perajin mencapai sebesar Rp45 juta,” katanya.

Selain untuk penguatan SDM, lanjut dia pertemuan rutin tiap bulan yang digelar paguyuban di gazebo wisata setempat ini juga membahas rencana mengikuti pameran baik yang diselenggaran tingkat nasional maupun internasional.

Selanjutnya, kata dia pertemuan juga membahas kesepakatan harga batik di setiap kelompok dalam paguyuban ini, penyeragaman harga batik ini dilakukan untuk menghindari persaingan tidak sehat antarperajin batik.

“Berkat bertemuan rutin di gazebo wisata tersebut, semuanya bisa terkendali, tidak hanya dari Giriloyo, perajin dari Cengkehan dan Karangkulon juga tergabung dalam satu paguyuban,” kata Nur Ahmadi.

Menurut dia, industri batik di Giriloyo memang telah berdiri sejak lama, dan pernah mengalami keterpurukan akibat gempat bumi 2006, namun pascagempa industri batik kembali bangkit karena banyak pihak yang mendorong sentra batik ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya