SOLOPOS.COM - Slambu menutupi makam Pengeran Samudro yang terletak di Kompleks Gunung Kemukus, Sumberlawang, Sragen, Selasa (5/12/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Pembengkokan sejarah Gunung Kemukus itu ternyata terjadi sejak zaman penjajahan Belanda, tepatnya sekitar tahun 1930-an. Sejarah Gunung Kemukus sebenarnya sejarah mengenai Pangeran Samudro seorang pendakwa agama Islam dan meninggal kemudian dimakamkan di Bukit Kemukus. Sebelum meninggal ada pesan Pangeran Samudro yang kemudian disalah artikan ke hal negatif.

Penjelasan itu disampaikan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dalam Solopos Talk Show Virtual dengan tema Wajah Baru Gunung Kemukus, Rabu (26/1/2022). Yuni, sapaan akrabnya, menyampaikan sejarah itu berada di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, yang dikelilingi Waduk Kedung ombo (WKO).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia bercerita Pangeran Samudro merupakan seorang putra Raja Majapahit yang belajar agama di Demak. Ia dibimbing Sunan Kalijaga. Setelah dari Demak, Pangeran Samudro mematangkan ilmu agama dengan belajar ke lereng Gunung Lawu, yakni ke Ki Ageng Gugur.

Baca Juga: Bupati Sragen: Warga Tak Malu Lagi Bilang Habis dari Gunung Kemukus

“Nah, setelah dari Lawu kembali ke Demak. Hingga sampai ke Padang Oro-oro Kabar yang mengalami cuaca panas. Kabar itu sekarang merupakan sebuah dukuh di Desa Jogorame, Kecamatan Gemolong, Sragen. Kendati cuaca panas, Ia  terus berjalan hingga sampai di Doyong, Miri, dan akhirnya meninggal dunia. Sesuai amanat Sultan Demak, jenazah Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan yang menghadap ke barat dengan ketinggian 300 meter di atas permukaan laut,“ ujar Yuni.

Sementara asal mula nama Kemukus, sambung Yuni, berawal dari masyarakat setempat yang melihat asap tebal di puncak bukit. Asap itu berbentuk seperti kukusan atau tempat untuk menanak nasi dari bambu. Dari situ kemudian bukit itu dikenal dengan sebutan Gunung Kemukus.

Sebelum meninggal, Pangeran Samudro berpesan dengan menggunakan istilah demenan dalam bahasa Jawa. Dia mengatakan kata itulah yang kemudian disalah artikan menjadi orang yang bukan pasangan resmi atau selingkuhan. Sementara Pemkab Sragen menafsirkan kata demenan ini adalah keinginan di Gunung Kemukus itu bisa tercapai dengan doa kepada Tuhan.

Baca Juga: Keindahan WKO Bisa Dinikmati Maksimal di Gunung Kemukus pada Bulan Ini

“Penyelewengan itu terjadi sejak zaman Belanda, yakni tahun 1930. Kemudian terus diceritakan terus menerus dan terstigma sehingga mengakar. Nah, kami sedikit demi sedikit secara kontinyu menghapus stigma negatif itu dan meluruskan sejarah itu,” papar Bupati.

Jadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Kini, Gunung Kemukus masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Pemkab mulai menatanya sejak 2015 dengan membangun Jembatan Barong menggunakan dana dari Provinsi Jawa Tengah. Penataan itu juga termasuk mendata para pekerja seks komersial (PSK) di Gunung Kemukus dan menertibkannya. Gongnya adalah revitaliasi Gunung Kemukus oleh Kementerian PUPR.

Semula alokasi anggaran pembangunan Gunung Kemukus mencapai Rp80 miliar. Tetapi karena pandemi Covid-19, turun menjadi Rp48,478 miliar.

Baca Juga: Tiket Masuk Gunung Kemukus Tak Sampai Seharga Semangkuk Bakso Lho

Yuni mengaku pernah bertemu dengan Ketua DPR RI, Puan Maharani, dan mengajukan proposal untuk pengembangan New Kemukus. Dalam proposal itu, awalnya pintu masuk ke Kemukus direncanakan itu ada dua, tetapi karena dananya terbatas jadi hanya satu pintu.

“Kami menyiapkan road map. Kami punya komitmen untuk pemberdayaan ekonomi Rp10 miliar difokuskan ke Kemukus. Kami akan mengganti tempat-tempat karaoke dan memberdayakan perempuan di Kemukus. Kami juga akan lakukan tes HIV/AIDS secara berkala,” ujarnya.

Ia kini percacaya diri mengajak anak-anak untuk datang ke Gunung Kemukus dan meminta mereka membuat cerita tentang salah satu objek wisata andalan Bumi Sukowati itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya