SOLOPOS.COM - ilustrasi panen padi (JIBI/dok)

Penyerapan gabah oleh Bulog dinilai belum maksimal.

Solopos.com, SUKOHARJO – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) harus menyesuaikan kondisi harga pasar gabah saat panen raya tanaman padi. Di sisi lain, Bulog bakal mengoptimalkan satuan kerja (satker) pengadaan gabah untuk menggenjot serapan gabah pada 2016.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu disampaikan pengamat pertanian asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Darsono, saat dihubungi solopos.com, Rabu (23/3/2016). Menurut dia, minimnya serapan gabah petani yang masuk ke Gudang Bulog dipengaruhi HPP lebih rendah dibanding harga gabah yang dibanderol tengkulak. Para petani otomatis menjual gabah hasil panen ke tengkulak yang berkeliling ke sawah-sawah saat masa tanam (MT) I.

“Misalnya, gabah yang dibeli pemerintah sesuai HPP senilai Rp4.000/kg sementara gabah yang dibeli tengkulak Rp5.000/kg. Petani pasti menjual ke tengkulak karena mendapatkan untung besar. Selama ini, Perum Bulog belum pernah menyesuaikan kondisi harga gabah di pasar,” kata dia, Rabu.

Dosen Teladan Fakultas Pertanian UNS ini menuturkan HPP tersebut dipengaruhi keterbatasan fiskal Perum Bulog yang berdampak lambatnya proses penyesuaian harga gabah di pasar. Bulog kalah cekatan dengan para tengkulak yang memahami seluk beluk pertanian mulai dari harga hingga kualitas gabah.

“Tengkulak sangat luwes dan mengetahui kondisi riil di lapangan. Mereka tahu kondisi petani yang membutuhan uang saat panen raya padi,” ujar dia.

Menurut dia, tengkulak yang menerapkan oligopoli atau kongsi bisa merugikan para petani. Tengkulak bisa memainkan harga gabah semaunya sementara para petani tak mempunyai daya tawar. Mereka terpaksa mengikuti harga gabah yang ditetapkan tengkulak.

Solusinya, lanjut Darsono, Bulog harus memperkuat kelembagaan untuk menyokong program swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi). “Bulog merupakan perusahaan yang dituntut profit namun di sisi lain harus menyokong ketahanan pangan nasional. Apabila kelembagaan internal Bulog kuat bakal berpengaruh pada percepatan serapan gabah,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Publik (PP) Sub-Dolog (Bulog) Wilayah 3 Surakarta, Yoyo, mengatakan bakal mengoptimalkan para satker pengadaan gabah di wilayah Soloraya untuk menggenjot serapan gabah petani. Satker tersebut bertugas membeli gabah hasil panen petani sesuai standar kualitas. Mereka bakal berkoordinasi dengan para petugas penyuluh lapangan di setiap desa.

“Bulog telah menandatangani perjanjian kerjasama atau MoU dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA). Nah, di daerah para satker pengadaan gabah selalu berkomunikasi dengan PPL dan anggota KTNA,” terang dia.

Di sisi lain, Komandan Kodim (Dandim) 0726/Sukoharjo, Letkol (Inf) Taufan Widiantoro, berkomitmen bakal membantu Bulog ihwal serapan gabah petani. Para anggota bintara pembina desa (Bintara) bakal turun lapangan mengajak kelompok tani agar menjual gabah hasil panen ke Bulog.

“Kami akan mendirikan posko untuk memantau serapan gabah dan membantu Bulog. Anggota bintara akan dikerahkan turun di sawah-sawah,” papar dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Netty Harjianti, belum dapat dimintai konfirmasi ihwal serbuang tengkulak saat masa panen padi MT I.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya