SOLOPOS.COM - Dirjen Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial, Hartono Laras (kanan), mengunjungi Sulami di RSUD dr. Moewardi Solo, Sabtu (28/1/2017). (JIBI/Solopos/Istimewa)

Penyakit langka, manusia kayu asal Sragen, Sulami, belum jadi dioperasi.

Solopos.com, SOLO — Tim dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moewardi Solo memastikan tak mungkin mengembalikan kondisi Sulami, 35, seperti sedia kala karena diagnosis awal menunjukkan penyakit yang diderita Sulami berhubungan dengan penyakit genetis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sulami adalah perempuan penderita ankylosis spondylitis atau punggung bambu asal Selorejo, Mojokerto, Kedawung, Sragen. Dia dijuluki manusia kayu karena tubuhnya kaku seperti kayu.

Tim dokter telah melakukan diagnosis awal terhadap Sulami yang masuk ke RSUD tersebut sejak Rabu (25/1/2017) lalu. Ketua tim dokter RSUD dr. Moewardi, Arief Nurudhin,  mengatakan Sulami mengidap ankylosis spodylitis systemic sclerosis. (Baca juga: Biaya Pengobatan Manuasia Kayu asal Sragen Sulami Capai Setengah Miliar Rupiah)

Setelah berdiskusi, tim dokter tidak mungkin mengoperasi Sulami saat ini. “Dulu ada rencana operasi, tapi setelah diskusi memang saat ini tidak mungkin dilakukan operasi tapi rehabilitasi medis. Bukan tidak akan, tapi kalau memungkinkan, ada diskusi kembali apakah operasi atau tidak,” ujar dia saat memberi keterangan pers di RS setempat, Rabu (1/2/2017).

Dokter spesialis penyakit dalam tersebut mengungkakan Sulami mengalami autoimun. Gangguan itu terjadi karena kelainan genetis. Sementara faktor lain yang memengaruhi adalah lingkungan dan pola hidup.

“Penyakit genetik belum ada yang bisa disembuhkan total. Yang bisa kami lakukan mencegah progresivitas dan mengembalikan fungsi hidupnya sebaik mungkin,” tutur dia.

Sulami mengalami perkembangan, khususnya pada status gizi. Kadar hemoglobin yang tadinya kurang dari 8,2 saat ini sudah berada pada kadar normal. Selain itu, secara psikologis ada peningkatan positif karena tim juga melibatkan psikiater.

“Tetapi untuk sisi penyakit utama kami baru pada tahap diagnosis dan planning ke depan diapakan. Ini butuh waktu lebih lama,” kata dia.

Anggota tim dokter, Rieva Ermawan, mengatakan dalam kasus autoimun, daya tahan yang seharusnya melawan zat dari luar justru menyerang dirinya sendiri. Hal itu adalah kondisi yang lebih sulit.

Ia menjelaskan jika seharusnya otot bergerak, otot malah diam. Lama kelamaan, otot jadi kaku dan menulang di tempat yang tidak semestinya.

“Autoimun itu membuat kaku sendi yang seharusnya untuk bergerak. Hal itu terjadi di bahu, siku, panggul, lutut, dan punggung. Punggung pasien masih tegak, tapi sendi-sendi lain memang bermasalah,” ujar dokter spesialis ortopedi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya