SOLOPOS.COM - Petugas kesehatan melakukan fogging atau pengasapan di Kelurahan Wonokarto, Kecamatan Wonogiri, Wonogiri, Kamis (4/2/2021). (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI -- Penyakit chikungunya kembali merebak di beberapa lokasi di Kabupaten Wonogiri. Jumlah kasus penderita dari November 2020 hingga kini mencapai 244 orang.

Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL),Supriyo Heriyanto, mengatakan, penyakit chikungunya sudah lama tidak merebak di Wonogiri. Namun pada akhir November 2020, penyakit yang menular melalui gigitan nyamuk itu kembali terdeteksi di wilayah Pokoh, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga: Sidang Penganiayaan Anggota Perguruan Silat di Karanganyar Diwarnai Kericuhan, Polisi Lepaskan Tembakan

Ia mengatakan jumlah penderita di daerah tersebut sekitar 30 orang. Sejak saat itu, virus itu menyebar ke beberapa lokasi. Di antaranya, Kelurahan Wonokarto, Giripurwo dan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri.

"Hingga kini sudah ada sepuluh lokasi [terdapat kasus chikungunya]. Sebagian besar berada di wilayah Wonogiri kota. Namun ada satu tempat yang terjangkit di daerah Kecamatan Slogohimo," kata dia kepada wartawan, Kamis (4/2/2021).

Pengasapan

Untuk menangani merebaknya virus itu, kata dia, pihaknya melakukan fogging atau pengasapan di sepuluh tempat yang terdapat kasus chikungunya. Pengasapan dilakukan jika dalam satu lokasi terdapat lebih dari lima orang penderita.

Supriyo menduga, virus itu terbawa dari orang yang pulang dari perantauan. Pasalnya, sudah lama Wonogiri tidak ada kasus chikungunya.

"Chikungunya ditularkan oleh nyamuk aedes albopictus. Nyamuk jenis itu sering bersarang di luar rumah, seperti di kebun dan pekarangan. Berbeda dengan nyamuk aedes aegypti yang menjadi vektor demam berdarah. Nyamuk itu sering bersarang di dalam rumah," ujar dia.

Baca Juga: Dukung Rembang sebagai Kabupaten Kreatif, Semen Gresik Creative Corner Perkuat Sinergi Antarkomunitas

Ia berharap sekaligus mengimbau agar masyarakat lebih sering melakukan aksi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M (menguras, menutup dan mengubur). Terlebih di masa pandemi Covid-19, seharusnya lebih rajin melakukan PSN dan 3M.

"PSN dan 3M tidak hanya dilakukan di luar rumah, namun juga di dalam rumah. Karena demam berdarah risiko kematiannya lebih besar. Jika chikungunya tidak mengakibatkan kematian," kata Supriyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya