SOLOPOS.COM - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau Risma. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Solopos.com, SURABAYA — Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma, menegaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tetap akan menutup lokalisasi Dolly pada 19 Juni 2014. Hal itu tetap akan dilakukan meski mendapat perlawanan dari warga setempat yang tidak setuju.

“Ya tidak apa-apa kalau ada perlawanan. Teman-teman juga tahu waktu penutupan Sememi [lokalisasi lain] saya juga dilawan. Namun bagaimana lagi, ini kan bukan untuk saya. Saya ingin menyelamatkan anak-anak yang tinggal di sana karena semua bercampur jadi satu, ada PSK, mucikari, warga, dan juga anak-anak,” kata Risma, Senin (5/5/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Risma mengakui banyak warga yang mendapat ancaman karena menginginkan Dolly ditutup dan mengajukan bantuan modal usaha ke Pemkot Surabaya. Untuk itu, pihaknya sangat berhati-hati dalam menyelesaikan masalah sosial tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

“Yang mengajukan bantuan ke kami itu banyak yang diteror, ada yang mau dibunuh lah. Tolong dibantu untuk memahami, karena ini bukan perkara mudah, kasihan warga yang mau berubah. Kami pun sebetulnya sudah komunikasi dengan warga di sana termasuk dengan pemilik wisma, tapi saya tidak mau bilang detail karena saya nggak mau mereka dapat ancaman,” tuturnya.

Diketahui dalam beberapa hari terakhir ini, sejumlah petugas gabungan dari Satuan Politis Pamong Praja (Satpol PP) Surabaya, Polrestabes dan Garnisun Tetap (Gartap) III Surabaya kerap menggelar razia di lokalisasi terbesar itu. Razia tersebut dilakukan sebagai langkah pra kondisi sebelum Dolly resmi ditutup pada 19 Juni 2014.

Namun, sejalan dengan kegiatan razia tersebut, sebagian warga sekitar menolak penutupan dengan memasang spanduk bertuliskan “Tolak Penutupan Lokalisasi Karena Tidak Manusiawi”.

Berdasarkan data Dinas Sosial Kota Surabaya, ada sekitar 1.080 pekerja seks komersial (PSK) dan 300 orang mucikari yang berada di Dolly. Kepala Seksi (Kasi) Pengawasan Satpol PP Kota Surabaya, Joko Wiyono, mengatakan penolakan warga tidak akan mengurangi semangat anggotanya untuk menutup kawasan tersebut.

“Memang banyak ancaman, baik langsung atau tidak langsung saat kami merazia. Namun kami tetap menjalankan perintah pimpinan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya