SOLOPOS.COM - Jasa penukaran uang (Agoes Rudianto/JIBI/dok)

Jasa penukaran uang (Agoes Rudianto/JIBI/dok)

Jasa penukaran uang (Agoes Rudianto/JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO—Penyedia jasa penukaran uang yang berada di pinggir jalan raya mewaspadai peredaran uang palsu. Hal ini karena penyedia jasa penukaran uang merupakan salah satu sasaran empuk pengedar tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu penjual jasa penukaran uang di dekat Stadion Manahan, Toni Hastomo, 28, mengatakan pada tahun lalu ada pedagang yang tertipu dengan uang palsu sehingga rugi jutaan rupiah. Oleh karena itu, dia mengaku lebih berhati-hati dan mengecek secara teliti uang yang diperoleh supaya tidak tertipu.

Penyedia jasa lainnya, Triyanto, 30, membenarkan penyedia jasa penukaran uang memang menjadi sasaran empuk pengedar uang palsu. Sasaran pengedar tersebut biasanya adalah yang sudah tua. Hal ini karena orang yang sudah tua biasanya tidak terlalu memperhatikan apakah uang tersebut palsu atau tidak. “Logo BI kalau dibolak-balik biasanya sama kalau uang asli dan uang palsu biasanya warnanya lebih terang,” imbuhnya.

Sementara itu, saat ini konsumen yang ingin menukarkan uang masih sepi. Hal tersebut dikarenakan Ramadan kali ini berdekatan dengan tahun ajaran baru. Triyanto menuturkan selama sepekan menjajakan jasa penukaran uang, pihaknya baru menukarkan Rp10 juta. Padahal pada Ramadan tahun lalu dia bisa menukarkan Rp10 juta-Rp20 juta sedangkan H-7 Lebaran biasanya bisa menukar Rp30 juta. Triyanto menilai saat ini masyarakat masih fokus untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

“Kemungkinan mulai ramai kalau tunjangan hari raya (THR) sudah turun,” ungkap Triyanto kepada wartawan di dekat Stadion Manahan, Rabu (24/7/2013).

Triyanto mengaku mematok jasa Rp5.000-Rp15.000 tergantung pada banyaknya nilai yang ditukarkan konsumen. Sedangkan pecahan uang yang paling banyak dicari adalah Rp5.000. Hal yang sama diungkapkan Yuniati, 30. Yuni menuturkan saat ini masyarakat yang menukarkan uang masih sepi. Bahakan selama lima hari menyediakan jasa penukaran uang, pihaknya baru menukar Rp4 juta.

Dia menuturkan mematok jasa Rp5.000-Rp10.000 setiap penukaran Rp100.000. Semakin banyak uang yang ditukarkan maka semakin sedikit jasa yang dia patok per Rp100.000. Sedangkan pecahan uang yang paling laris adalah pecahan Rp2.000 dan Rp5.000.

Namun Toni mengatakan hal yang berbeda. Dia menuturkan jasa penukaran uang pada tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini karena saingan mulai berkurang. Toni menjelaskan, saat ini banyak penyedia jasa penukaran uang yang pindah ke Ponorogo. Ponorogo dinilai sebagai pasar yang potensial karena banyak yang membutuhkan uang pecahan. Namun menurut Triyanto, apabila menjual jasa di luar kota membutuhkan dana yang lebih besar supaya tidak rugi.

Toni mengaku mematok jasa Rp10.000 per Rp100.000. Hal tersebut naik jika dibandingkan tahun lalu, yakni Rp5.000. Kenaikan tersebut salah satunya dipicu adanya pembatasan penukaran uang oleh Bank Indonesia (BI), yakni Rp6 juta setiap kali menukarkan uang.

“Sebenarnya banyak yang mencari pecahan Rp1.000 tapi karena BI hanya mengeluarkan yang koin jadi kebanyakan beralih ke pecahan Rp2.000. Selain itu, pecahan Rp10.000 juga banyak yang mencari,” ujar Toni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya