SOLOPOS.COM - Hari Diabetes. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO — Dokter spesialis penyakit dalam RSUD dr Moewardi, Solo, dr Yulia Sekarsari, mengingatkan sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh penderita diabetes dan hipertensi saat puasa Ramadan.

Yulia mengatakan pada umumnya puasa memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. Namun, khusus penderita hipertensi dan diabetes harus memperhatikan sejumlah hal agar bisa berpuasa dengan aman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Secara manfaat [puasa] sudah terbukti. Menjaga berat badan, mengatur pola makan, menjaga gula darah, tekanan darah,” kata Yulia saat talkshow bertajuk Puasa Aman Bagi Penderita Hipertensi dan Diabetes yang diselenggarakan RSUD dr Moewardi dan disiarkan live di Instagram, Selasa (5/4/2022).

Baca Juga: Panduan Puasa bagi Penderita Diabetes Supaya Tidak Muncul Komplikasi

Ekspedisi Mudik 2024

Namun, manfaat tersebut juga dipengaruhi pada kondisi masing-masing individu. Jika kondisi individu itu normal, tidak perlu mengecek kesehatan. Namun bagi pasien yang sudah punya komorbid seperti diabetes, hipertensi, maka perlu aturan khusus.

Penderita diabetes terbagi menjadi beberapa tingkat faktor risiko ketika melakukan ibadah puasa. Ada kategori risiko dibetesi yang ingin berpuasa di antaranya risiko tinggi. Mereka punya riwayat hipoglikemia, diabetes tipe I, pasien sakit berat.

Risiko Sedang-Ringan

Sementara risiko sedang, yaitu individu diabetik dengan obat-obatan. Sedangkan diabetik (penderita diabetes) dengan kondisi ringan, biasanya jarang terjadi gejala.

Baca Juga: Begini Tips Puasa Sehat bagi Penderita Diabetes

Yulia menambahkan individu dengan kondisi diabetes ringan bisa diatur melalui pola hidup. Individu dengan diabetes ringan dan sedang mempunyai peluang aman berpuasa. “Itu bisa diatur dengan lifestyle. Sedangkan kondisi aman berpuasa kemungkinan bagi pasien gejala sedang dan ringan,” jelasnya.

Penderita diabetes sebaiknya mempersiapkan diri sebelum menjalankan puasa. Dokter juga akan mengedukasi bagaimana pola makan saat sahur dan berbuka. Hal tersebut bisa dilakukan sebulan sebelum puasa Ramadan dengan puasa Senin dan Kamis disertai kontrol ke dokter.

Dalam beberapa kasus, menurut Yulia, pasien diabetes pada akhir Ramadan justru gula darahnya tinggi. Hal itu dikarenakan salah dalam mengatur pola makan.

Baca Juga: Rajin Puasa Senin Kamis? Ini Manfaatnya Bagi Kesehatan Tubuh

Mencegah Hipogiklemia

Sahur sebaiknya dilakukan mendekati waktu imsak agar mencegah hipogiklemia. Sedangkan waktu berbuka harus disegerakan. Kebutuhan kalori individu dapat dibagi menjadi tiga.

Saat sahur, ada 40% kebutuhan kalori yang harus dipenuhi, saat berbuka 50%, dan 10% kebutuhan kalori seusai tarawih. Konsumsi makanan manis memang mengenyangkan dengan cepat namun juga cepat menaikkan gula darah.

“Tidak perlu takut. Asal semua dikomunikasikan dengan dokter,” imbuh Yulia. Sementara itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih makanan dan minuman saat berbuka dan sahur utamanya untuk penderita diabetes saat puasa.

Baca Juga: Menu Berbuka dan Sahur yang Dianjurkan untuk Penderita Diabetes

Dianjurkan seminimal mungkin untuk mengonsumsi makanan manis. Selain itu, konsumsi makanan berserat yang dicerna lama oleh tubuh. Hal itu dianjurkan agar tidak mudah mengalami hipoglikemia dan menjadi cadangan pada tubuh.

Setelah itu, makanan dengan karbohidrat yang cukup. Asupan karbohidrat tersebut bisa didapatkan dari nasi, ubi, singkong, pisang, dan mi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya