SOLOPOS.COM - Pengunjung memilih baju saat Thrifting Festival yang diselenggarakan Java Thrifting Day di Solo Grand Mall, Jumat (25/3/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com. SOLO–Meski Larangan impor baju bekas sudah tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.18/2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor, para pelaku usaha tak merasa khawatir.

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan mengatakan impor baju bekas dinilai membahayakan bagi kesehatan. Dilansir dari Bisnis.com, Zulhas panggilannya, mengatakan pakaian bekas hasil impor mengandung banyak jamur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Beredar baju bekas seperti ini dan yang jelas impor. Yang begini lagi marak, bahaya bagi kesehatan karena bekas dan ada jamurnya,” tutur Zulhas.

Ia juga menilai, impor baju bekas bisa mengganggu dan merugikan industri garmen dalam negeri khususnya Industri Kecil Menengah (IKM).

Baca Juga: Penjual Thrift di Solo Klaim Jual Produk Bersih dan Tak Rugikan IKM

Sejumlah pelaku usaha thrift di Soloraya menampik alasan Kemendag. Mereka menilai, produk yang mereka jual telah dipastikan kebersihannya.

Annisa I, 22, mahasiswa penjual pakaian thrift yang tinggal indekos di Kelurahan Jebres. Ia sendiri telah memastikan produk thrift yang ia jual sudah dicuci.

Barang dari supplier ia cuci lebih dulu. Sebab ia harus memotret stok thrift yang ia punya untuk diunggah di Instagram.

“Oh ke saya dulu. Nanti saya cuci ulang sama foto buat konten Instagram dulu,” papar Annisa saat diwawancara Solopos.com, Jumat (12/8/2022).

Annisa juga tak sepakat bila produk thrift dapat merugikan produk dalam negeri atau IKM.

Baca Juga: Mendag Sebut Bisnis Baju Bekas Boleh, Impornya yang Dilarang

Menurut dia, baik thrift atau pun produk IKM punya pangsa pasar sendiri.

“Di sekitaran online shop baik brand lokal dan thrift menurut saya semua pasti ada pasarnya sendiri kok. Memang ada beberapa orang yang suka thrift bakal beli barang thrift. Untuk orang yang enggak suka, pasti bakalan tetap beli barang brand lokal,” katanya.

Senada, Etik, 24, warga Sanggrahan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. Etik yang telah menggeluti bisnis thrift setahun terakhir mengatakan, produk yang ia jual bisa dipastikan bersih.

“Iya, aku pastikan barang bersih, di laundry. Jadi pembeli udah siap pakai. Kita sendiri sebagai penjual gimana ya kalau ngejual enggak bersih,” kata Etik kepada Solopos.com.

Etik juga tak sepakat bila barang thrift dapat mengganggu dan merugikan IKM dalam negeri.

Baca Juga: Masuk Lewat Jalur Tikus, Baju Bekas Impor Rp9 Miliar Dibakar Mendag

Menurut dia, segmen peminat pakaian thrift dan produk dalam negeri berbeda. Menurut dia, thrift cenderung diburu oleh pembeli yang lumayan mengikuti perkembangan tren.

“Segmennya enggak semua orang suka baju thrift dan enggak semua orang ngikutin tren penjualan. Ada juga orang yang mengikuti fashion sendiri kan,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya