SOLOPOS.COM - Pedagang takjil di Muharom, 61, saat melayani pembeli di kawasan UIN Raden Mas Said, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (8/4/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Omzet penjualan sejumah pedagang takjil yang meramaikan kawasan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said di Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, naik berlipat selama momentum Ramadan tahun ini.

Pengelola sari buah Milenial, Erik, 31, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (8/4/2022), mengatakan telah empat tahun berjualan sari buah dan sempol ayam di kawasan itu. “Selama puasa ini omzet tiap hari bisa Rp2,5 juta-Rp3 juta setiap hari, kalau dulu sebelum pandemi omzet itu bisa [didapatkan] setiap hari di hari biasa,” jelasnya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tak hanya itu, Erik mengatakan omzet tersebut hanya sebatas penjualan es belum ditambah dengan penjualan sempolnya yang berada dalam satu kawasan yang sama. Dia mengklaim dalam sehari penjualan esnya mampu menghabiskan 30 pak (per pak 10 kg) es batu saat bulan Ramadan. Sedangkan sempol dan bakso goreng yang terjual dapat mencapai 1.500 tusuk per hari.

Baca juga: Polisi dan TNI Bersama Komunitas Warga Bagi Takjil di TPA Sukoharjo

“Kalau sempol setiap hari bisa Rp1,5 juta-Rp2 juta. Setiap hari [jual] es dan sempol dibantu empat orang dari mahasiswi UIN Raden Mas Said ,” jelasnya. Erik mengatakan penjualan es di hari biasa setelah pandemi hanya mencapai omzet maksimal Rp700.000/hari.

Di hari biasa, Erik hanya mampu menghabiskan 16 pak es batu. Agar jualannya lebih laris, dia menerapkan strategi marketing selama Ramadan dengan mengeber promo beli tiga es sari buah, gratis satu plastik es sari buah.

Risiko Pedagang

Dia menjual es sari buah dengan harga Rp5.000/plastik penuh ukuran satu kilogram, sedangkan sempol atau bakso goreng dijual dengan harga Rp1.000/tusuk. Erik mengaku kenaikan harga bahan baku terutama minyak goreng tidak membuatnya menaikkan harga jual.

“Itu [kenaikan harga bahan baku] sudah risiko pasar, kalau minyak goreng naik yang lain kan tidak naik. Kalau ikut menaikkan [harga] nanti malah ngrusak pasar,” katanya.

Baca juga: Disperinaker Sukoharjo Kirim Surat ke Perusahaan Soal THR, Ini Isinya

Pedagang takjil asal Boyolali, Muharom 61, tak menyebutkan omzet penjualan tiap harinya. Namun dia mengatakan barang dagangannya bisa habis terjual waktu dua hingga tiga jam tiap hari. “Biasanya jam 16.00 WIB sampai habis Maghrib sudah habis,” katanya, Jumat.

Sejak tujuh tahun Muharom telah berjualan tenongan. Dia mengaku takjil yang dia jual semuanya titipa atau kiriman dari orang lain. Di hari biasa dia menjual aneka makanan tenongan sejak pukul 05.00 WIB hingga 11.00 WIB.

Harga yang ditawarkannya beragam mulai dari Rp1.000 hingga Rp11.000 untuk makanan berat. “Kalau nasi Rp11.000 khusus hari Jumat pembelian nasi kremes gratis minuman botol,” jelasnya sambil melayani pembeli.

Baca juga: Puluhan Ribu Perantau Diprediksi Mudik ke Sukoharjo Tahun Ini

Kawasan depan UIN Raden Mas Said selama Ramadan tak hanya menjadi jujukan mahasiswa untuk berburu takjil tapi juga warga setempat. Salah seorangwarga, Dewi, 40, mengatakan sering membeli takjil di wilayah itu karena dekat dengan rumahnya. “Sering [membeli] disini, tapi tidak setiap hari. Soalnya dekat dari rumah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya