SOLOPOS.COM - Ilustrasi karantina. (Freepik)

Solopos.com, SOLO -- Kalangan usaha Kota Solo menyayangkan simpang siurnya inforomasi mengenai kebijakan karantina bagi pemudik libur Natal dan Tahun Baru atau Nataru lantaran membuat rencana bisnis kacau. Dampaknya akan sangat besar terutama pada sektor pariwisata.

Untuk bisnis perhotelan, banyak pesanan kamar maupun agenda meeting incentives conference and exhibitions (MICE) yang akhirnya dibatalkan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sementara jumlah pengunjung objek wisata juga turun drastis. Pengunjung dari luar kota khawatir tidak bisa masuk Kota Solo hingga cemas lantaran terancam karantina.

Karantina Pemudik Momen Nataru di Solo Technopark Ditunda, Ini Alasannya

Asisten Manajer Museum Batik Danar Hadi Solo, Asti Suryo Astuti, mengatakan House of Danar Hadi dengan atraksi berupa showroom, restoran, dan museum batik sangat terdampak dengan adanya kebijakan karantina pemudik tersebut.

Hal ini mengingat pangsa pasar objek wisata batik ini dari luar kota. “Ke depannya sebaiknya mendudukkan semua stakeholder pariwisata [Asita, PHRI] dalam memutuskan sesuatu. Covid-19 ini jelas bahaya, tapi kita harus pandai mengatur rem dan gas. Dua-duanya sebaiknya diperhatikan [kesehatan dan ekonomi],” katanya kepada Solopos.com, Kamis (10/12/2020).

Asti menjelaskan angka kunjungan ke House of Danar Hadi sebenarnya sudah membaik sejak bulan lalu. Jumlah ini kemudian jeblok sesaat setelah Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengeluarkan statemen bakal menerapkan wajib karantina bagi pemudik.

Pilkada Sukoharjo: EA Unggul di 8 Kecamatan, Joswi 3 Kecamatan, 1 Kecamatan Imbang

Membatalkan Kunjungan

Ia mencatat beberapa rombongan yang telah reservasi untuk berkunjung ke Museum Danar Hadi pekan depan juga membatalkan kunjungan mereka.

Sebelum aturan karantina bagi pemudik viral, jumlah kunjungan ke Danar Hadi mencapai 30%-40% selama masa pandemi. Persentase kunjungan ini sempat 0% ketika museum kembali buka pada Juli 2020 lalu seusai tutup karena pandemi.

Ia pun membandingkan dengan apa yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam hal ini Gubernur DIY, Sri Sultan HB XII, yang justru membuka lebar wisatawan untuk liburan akhir tahun ke Jogja.

Hitung Cepat Pilkada Serentak Jateng 2020: PDIP Hanya Gagal Di 4 Daerah, Mana Saja?

Menurutnya, Sultan sebagai kepala daerah membuat pernyataan yang menyejukkan, namun tetap meminta semua pihak mengedepankan protokol kesehatan.

“Seharusnya bisa win win solutions, jangan sampai ada hotel Solo yang merugi sekian ratus juta karena statemen tersebut. Pada era media sosial yang luar biasa ini, public relations atau Humas sangat vital. Kemasan kata-kata, narasi, wajib diperhatikan sehingga memberikan dampak yang merugikan. Baik penanganan Covid-19 maupun operasional bisnis hotel, pariwisata, dan sebagainya,” paparnya.

General Manager Fave Hotel Solo, Ika Florentina, turut mempertanyakan ancang-ancang kebijakan termasuk karantina pemudik yang ia nilai merugikan bisnis perhotelan terkait pencegahan persebaran Covid-19.

Sehari Setelah Pilkada Solo, Posko Gibran Rakabuming Dibanjiri Karangan Bunga

Cenderung Menghancurkan

“Saya yakin pejabat publik melakukan sesuatu pasti ada alasannya. Akan tetapi, ini sudah terlampau mengacaukan, cenderung menghancurkan [bisnis hotel]. Pejabat negara mungkin tidak tahu kalau dari sisi bisnis, pada Desember ini peak season kami sehingga budgeting sangat tinggi. Okupansi kami akhirnya jatuh ke angka 27%. Padahal biasanya kami pada masa begini bisa dapat 70%-80%,” katanya.

Ika mengibaratkan saat ini situasi bisnis hotel kembali pada kondisi Maret April 2020. Bahkan, ada hotel yang mau melakukan unpaid leave [cuti di luar tanggungan bagi karyawan] lagi.

"Dari analisis Archipelago International, Solo itu paling lambat recovery-nya jika dibandingkan Jogja atau Semarang. Hal ini karena blunder over negative exposure. Survei online travel agent pun demikian, demand Solo sangat drop,” katanya.

Waduh, Bawaslu RI Sebut 43 TPS Berpotensi Gelar Pemungutan Suara Ulang Pilkada, Solo Ada?

Sementara itu, Ketua Bidang Humas dan Promosi PHRI Solo, Sistho A Sreshtho, juga menyesalkan beredarnya informasi yang simpang siung terkait kebijakan karantina pemudik tersebut. Ia pun berharap nantinya tamu-tamu masih akan datang ke Solo baik untuk staycation atau keperluan lainnya.

“Statemen yang berbeda-beda ini menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran. Hotel juga serbabingung. Kami bingung harapan seperti apa lagi jika keputusan sudah dibuat dan informasi sudah menyebar ke tamu-tamu kami,” ungkapnya.

Statemen Blunder

Sistho berharap stakeholder terkait menggandeng PHRI dalam membuat kebijakan tertentu yang menyangkut kepentingan banyak pihak. Apalagi kejadian seperti ini bukan kali pertama terjadi, yakni statemen berakibat blunder.

Raup 86,45% Persen Suara Pilkada Solo 2020, Gibran-Teguh Gagal Tumbangkan Rekor Jokowi-Rudy



Lalu yang berwenang dengan mudah meralatnya tanpa memperhatikan dampak yang telah terjadi khususnya pada sektor bisnis Solo dan sekitarnya.

“Kami sangat menyayangkan, sedih, dan kecewa. Nominal kerugian dari pembatalan ini masih jalan, akhir tahun nanti ketahuan berapa. Yang lebih mengerikan lagi tamu yang berniat memesan kamar, tapi urung karena terpengaruh kondisi Solo yang mengkhawatirkan,” jelasnya.

Sebelumnya, Pemkot Solo berencana menerapkan kebijakan karantina bagi pemudik Nataru di Benteng Vastenburg. Rencana itu kemudian berubah dan lokasi karantina pindah ke Solo Technopark. Belakangan, pada Kamis (10/12/2020), Pemkot menunda kebijakan itu karena belum ada dukungan regulasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya