SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Selendang warna gelap serta jilbab, begitulah atribut melekat pada diri wanita yang mondar-mandir di salah satu sudut Simpang Lima Margoyudan, Banjarsari, Kamis (5/12/2013) malam itu. Bocah laki-laki kecil berkaus kuning dan celana pendek seolah tak mau ketinggalan langkah.

Tanpa alas kaki, bocah itu terus mengikuti. Di saat lampu lalu lintas menyala merah, dia turut melangkah ke jalan bagian tengah. Hujan yang turun malam itu tak lagi ia rasa. Hanya eskpresi tatapan kosong terlempar ke arah sopir atau pengemudi sepeda motor. Tatapan seperti itu kerap mengiring ayunan tangan wanita tadi dalam menadahkan sebuah potongan bekas kemasan air mineral. Uang kertas maupun logam dari para pengendara berangsur-angsur mengisi plastik. Kemudian wanita dan anak itu pun menepi seiring arus lalu lintas kian sepi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Saat Solopos.com mencoba meminta waktu untuk berbincang dengan mereka di seberang barat Monumen Mayor Achmadi, wanita itu mengakui namanya. Ika, ucap wanita tadi lantang. Berasal dari Salam, Gemolong, Sragen, Ika lalu menginjakkan kaki di Kota Bengawan. Dia menikah dengan seorang pengusaha mebel dan dikaruniai empat putra. “Yang ini ragil, ditinggal bapaknya [meninggal] saat dalam kandungan,” jelas Ika.

Semenjak itu, dia sempat melakoni pekerjaan buruh mencuci. Namun dari pekerjaan itu, Ika menganggap penghasilan belum mampu mencukupi kebutuhan. Akhirnya setiap sore dia ke Margoyudan mengais rejeki di antara deru dan debu jalan. “Hanya sore, maksimal pukul 10.00 WIB pulang. Enggak pasti, kadang Rp30.0000, tergantung,” kata Ika soal penghasilannya.

Hujan semakin deras mengguyur. Ika pun mulai terlihat lelah dan bersiap pulang ke rumah kontrakan di daerah Mojosongo. Entah bagaimana dia memberi porsi waktu belajar bagi si bungsu yang saat itu mulai terlihat kantuknya. “Ini kelas 1 SD, belum bisa membaca kok,” ujar Ika sembari berpamit pulang.

Mengemis mengajak anak tak hanya dilakukan Ika seorang. Masih terlihat hal seperti itu di beberapa sudut Kota Solo. “Saya dari Nayu, ya biasa di sini,” jelas seorang wanita yang juga peminta, sembari menggendong anak kecil saat beroperasi di kawasan selter Manahan.

Warga dari luar Solo pun ada juga yang mengajak putra-putranya dalam melakukan pekerjaan ini. Sebut saja salah seorang wanita yang lebih dari tiga tahun mengemis di kawasan parkir salah satu mal di Jl. Slamet Riyadi Solo. “Saya dari Grogol [Sukoharjo]. Suami kerja di hutan kelapa sawit Sumatera. Anak-anak ikut semua, ya naik dua sepeda ontel ini,” terang salah satu wanita di lokasi itu sembari duduk menggendong anak berambut ikal tanpa jaket atau kain penghangat lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya