SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dari 75 desa, baru 45 desa di Bantul yang memiliki Jaringan Pengelola Sampah Mandiri

Harianjogja.com, BANTUL-Pengelolaan sampah di tingkat desa hingga kini belum optimal. Dari 75 desa, baru 45 desa di Bantul yang memiliki Jaringan Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) dan empat desa yang mempunyai depo sampah yakni Desa Tegaldowo, Kecamatan Bantul, Desa Murtigading dan Srigading, Kecamatan Sanden serta Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul Indriyanta mengamini hal tersebut. Menurutnya sampah belum dapat tertangani dengan baik di tingkat desa. Padahal jajarannya berharap problem sampah harusnya dapat diselesaikan di lokasi awalnya.

Sebab sarana dan prasarana yang dimiliki DLH cukup terbatas. Ia menyebut kini dari 16 truk yang dimiliki DLH, hanya empat truk yang masih layak beroperasi. Padahal dalam satu hari, ada sekitar 200 ton sampah yang harus ditangani oleh 136 petugas. “Maka diterbitkan Perbup Nomor 67/2017 itu,” tuturnya.

Baca juga : Pemkab Bantul Pantau Anggaran Pengelolaan Sampah

Indriyanta menjelaskan, dalam perbup itu disebutkan pengelolaan sampah di tingkat desa wajib dianggarkan dalam APBDes untuk pengadaan bank sampah/rumah pemilah sampah paling sedikit satu unit setiap desa, pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS), penyertaan modal desa Badan Usaha Milik Desa yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dan kegiatan Tim Pengelola Sampah tingkat Desa.

Meskipun telah diatur dalam perbup, pengelolaan sampah di tingkat desa bukannya tanpa kendala. Indriyanta menuturkan masih banyak desa yang enggan menyiapkan lahan khusus untuk depo sampah karena pengelolaannya cukup sulit. Apalagi jika JPSM di desa tersebut belum terbentuk, hal tersebut jadi kendala lainnya.

Menurutnya untuk mengajak warga menjadi anggota JPSM juga bukan hal gampang. Tapi jika JPSM telah terbentuk, maka sampah yang terkumpul di depo pun tidak akan menumpuk, melainkan diolah terlebih dulu menjadi berbagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Seperti pupuk kompos maupun kerajinan tangan. “Jadi sampah yang nantinya dibuang ke TPST Piyungan hanya residu, beban TPST bisa berkurang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya