SOLOPOS.COM - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo. (JIBI/Solopos/Dok.)

Pengelolaan sampah Solo, TPA Putri Cempo sudah tak mampu menampung sampah sejak 10 tahun lalu.

Solopos.com, SOLO–Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo sudah overload selama 10 tahun. Sementara, volume sampah dari Kota Solo yang dibuang ke TPA tersebut mencapai sembilan juta ton setiap bulannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Kasi Pengelolaan Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo, Muhammad Pramudjo, lahan TPA Putri Cempo sekitar 17 hektare hanya mampu menampung sampah hingga 20 tahun, sedangkan saat ini sudah hampir 30 tahun.
“Sebenarnya kami membutuhkan lahan baru untuk TPA. Tapi, sulit menemukan lahan seluas itu di Kota Solo,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (19/5/2016).

Sementara, lanjut dia, volume sampah Kota Solo yang dibuang ke TPA Putri Cempo semakin bertambah, terutama sampah rumah tangga. Menurutnya volume sampah itu berbanding lurus dengan jumlah penduduk, dinamika masyarakat, dan cuaca.

Menurut data yang diperoleh Solopos.com dari pengelola TPA Putri Cempo, volume sampah pada 2013 mencapai 92,4 juta ton, pada 2014 mencapai 96,2 juta ton, dan pada 2015 mencapai 100,3 juta ton.

“Setiap bulannya, volume pembuangan sampah di Solo mencapai delapan hingga sembilan juta ton. Sampah itu didominasi sampah rumah tangga,” ujar Pramudjo.

Ia yang merupakan pengelola di TPA Putri Cempo berharap adanya rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA tersebut bisa mengurangi overload sampah. Bahkan, sampah itu bisa habis sehingga tidak perlu mencari lahan baru.

Di sisi lain, Ketua Komisi II DPRD Solo, Y.F. Sukasno, berharap pemerintah pusat bisa merealisasikan pembangunan PLTSa pada 2017. “Saya optimistis Solo bisa menjadi pilot project untuk pengolahan sampah dengan PLTSa. Diharapkan upaya itu bisa mengurangi volume sampah di Solo, bahkan bisa membantu daerah lain di Soloraya yang juga bermasalah dengan sampah,” katanya kepada Solopos.com.

Namun, ia mengimbau pemerintah agar dalam pembangunannya harus memperhatikan dampak sosialnya. Seperti pemulung dan pengepul sampah. “Banyak yang hidupnya bergantung pada sampah di TPA Putri Cempo. Hal itulah yang harus diperhatikan Pemkot [Pemerintah Kota] agar tidak muncul konflik,” imbuh Sukasno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya