SOLOPOS.COM - Asap mengepul dari Kawah Candradimuka Gunung Lawu yang diduga memiliki sumber potensi panas bumi sebesar 195 MW. (Solopos.com/Mariyana Ricky PD)

Solopos.com, KARANGANYAR — Ekplorasi panas bumi di lereng Gunung Lawu diyakini sebagian kalangan bakal merusak lingkungan. Pengeboran panas bumi di titik tertentu bakal memunculkan zat berbahaya yang terangkat ke permukaan.

Kekhawatiran itu yang dirasakan Koordinator Sahabat Pencinta Gunung Lawu, Yoga Dipka, jika eksplorasi panas bumi yang terhenti kembali dilanjutkan. Selain rusaknya alam, eksploitasi alam ini juga bakal merusak eksistensi sejumlah cagar budaya yang selama ini dilesatrikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kendati tidak terdengar lagi bagaimana kelanjutannya, kami tetap menyuarakan penolakan. Gunung Lawu menjadi sumber air bagi masyarakat di lerengnya. Ada sembilan wilayah yang menggantungkan sumber air dari situ,” tutur Yoga dalam wawancara pada Rabu (15/12/2021).

Baca Juga: Pertamina Sebut Eksplorasi Panas Bumi Gunung Lawu Tak Sepenuhnya Mandek

Ia tak memungkiri panas bumi adalah energi baru terbarukan (EBT) yang bakal menggeser energi fosil yang semakin berkurang cadangannya. Namun bagaimanapun, menurutnya, eksplorasi lereng Gunung Lawu juga berdampak langsung kepada masyarak. “Apakah secara ekonomi mereka [warga] bakal terdampak langsung, atau malah dampak negatifnya lebih terasa,” sambung Yoga.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi D DPRD Jawa Tengah, Hadi Santoso. Ia menolak rencana eksplorasi panas bumi karena dinilai berdampak negatif kepada kehidupan petani di lereng Gunung Lawu.

Lokasi awal pengeboran dilakukan di wilayah barat daya Gunung Lawu yang meliputi beberapa desa di Tawangmangu dan Matesih. Di kawasan tersebut ada destinasi wisata pemandian air panas Cumpleng dan Sapta Tirta Pablengan, yang menjadi titik paling pendek atau efisien dari permukaan ke sumber panas bumi (magma).

Baca Juga: Bupati Karanganyar Tolak Eksplorasi Panas Bumi Gunung Lawu

Selain wilayah barat daya Gunung Lawu, juga akan ada kegiatan eksplorasi di hutan Jobolarangan, Gondosuli, Tawangmangu. Di dekat hutan Jobolarangan terdapat sebuah dusun bernama Tlogodringo. Mayoritas penduduk Tlogodringo bekerja sebagai petani sayur. Beberapa warga juga membuka usaha penginapan atau home stay. Wilayah hutan di dusun itu merupakan favorit bagi pecinta alam untuk menggelar pendidikan dasar, kamping, atau outbond.

Hadi tak menampik panas bumi merupakan salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang menjadi alternatif selain gas bumi dan tenaga nuklir. Namun, pemanfaatannya masih butuh edukasi dan sosialisasi. Di mana rata-rata energi panas bumi ini berada pada kawasan hutan lindung, sehingga muncul penolakan.

Padahal, energi panas bumi sangat bergantung pada kondisi reservoir air di kawasan hutan di sekitar sumur-sumur eksplorasi panas bumi. Kerusakan hutan lindung justru mengancam keberlangsungan eksplorasi panas bumi. Selain itu, warga merasa eksplorasi panas bumi tak akan berdampak pada kehidupan ekonomi mereka secara langsung.

Baca Juga: Menengok Nasib Eksplorasi Panas Bumi WKP Gunung Lawu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya