SOLOPOS.COM - Petugas ETLE mengecek pengguna kendaraan roda empat yang melanggar peraturan lalu lintas di Mako Satlantas Polresta Solo pada Sabtu (20/3/2021). (Solopos.com/Ichsan Kholif Rahman)

Solopos.com, SOLO -- Pengamat Transportasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Syafii, mengapresiasi penerapan sistem electronic traffic law enforcement atau ETLE di Kota Solo.

Menurutnya, penegakan hukum aturan lalu lintas itu sangat penting. Namun hal paling penting dalam penerapan ETLE, yaitu etika masyarakat dalam berlalu lintas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Syafii menilai etika berlalu lintas masyarakat Solo secara khusus masih rendah. Ia menyoroti pelanggaran lalu lintas berkaitan dengan etika bertransportasi.

Baca Juga: Kisruh Lahan Parkir Solo Balapan: Warga Bertahan, Dirut PT KAI Temui Wali Kota

Etika bertransportasi berarti sebuah kebiasaan yang menghasilkan budaya. Tanpa perlu ETLE pun seharusnya masyarakat Solo dan seluruh Indonesia sudah malu jika melanggar lalu lintas.

Karena itu pula, seiring penerapan ETLE itu, Syafii meminta kepolisian menjalankan aspek edukasi kepada masyarakat tentang etika dan berbudaya tertib berlalu lintas.

“Aspek edukasi bisa dimulai dari anak-anak sudah diajarkan tertib berlalu lintas. Jika diajarkan terus menerus hal itu dapat melekat dan saat berkendara akan beretika,” papar Syafii kepada Solopos.com, Kamis (15/4/2021).

Baca Juga: Kasus Jagal Kartasura, Kakak Ipar Pastikan Keluarga Tak Akan Kunjungi Yulianto Sebelum Eksekusi Mati

Menurutnya, lalu lintas tidak melulu soal law enforcement atau penegakan hukum saja. Namun, memerhatikan pula aspek lain seperti edukasi yang harus sama-sama baik.

Sosialisasi ETLE Solo

Hal itu akan membentuk budaya bertransportasi yang baik pula. Menurutnya, kecelakaan lalu lintas juga berawal dari etika berlalu lintas yang kurang baik.

Membentuk etika bertransportasi untuk orang dewasa dapat dilakukan saat mereka membuat Surat Izin Mengemudi (SIM). “Saya sangat mengapresiasi ETLE di Solo, ini juga membentuk budaya berlalu lintas yang baik. Namun, sosialiasi ETLE juga harus ditingkatkan agar lama-lama menjadi kebiasaan,” imbuhnya.

Baca Juga: Tes GeNose di Terminal Tirtonadi Solo Cuma Sampai Pukul 10.00 WIB Selama Ramadan, Kenapa?

Lebih lanjut, ia menyebut kebiasaan berlalu lintas yang baik dapat berawal dari masyarakat yang takut terkena sanksi ETLE. Sistem ETLE membuat masyarakat tertib berlalu lintas dan itu dapat membuat masyarakat lama-lama terbiasa dan menjadi budaya.

Terpisah, Kasatlantas Polresta Solo Kompol Adhytiawarman Gautama Putra kepada wartawan, Rabu (14/4/2021), mengatakan kepolisian telah menyosialisasikan ETLE melalui media sosial.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Warga Lansia Sukoharjo Lanjut Selama Ramadan, Tapi Malam Hari

Menurutnya, informasi yang disampaikan telah sangat mendetail. Ia mengaku siap menyosialisasikan kembali jika dirasa kurang. Kasatlantas juga meminta masyarakat mau membaca dan membagikan informasi kepada rekan atau keluarga.

“Kalau edukasi ke anak-anak terus kami lakukan. Sehari ada dua TK dan SD, memang terbatas pandemi. Beberapa kali juga dilakukan lewat online,” paparnya mewakili Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya