SOLOPOS.COM - Ilustrasi tabung gas elpiji 3 kg. (Solopos-dok)

Solopos.com, JAKARTA — Pemberian bantuan langsung tunai (BLT) untuk Pertalite dan elpiji 3 kg tidak bisa bekerja sendiri, namun mesti dibarengi skema bantalan lain.

“Menurut hemat saya, bantuan ini juga perlu dikombinasikan dengan jenis bantuan lain, misalnya bantuan sosial tunai (BST) yang memang terbukti bisa menjaga daya beli untuk sementara kelompok kelas menengah bawah,” ujar Pengamat ekonomi dari lembaga kajian Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy di Jakarta, Kamis (7/4/2022) seperti dilansir Antara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemerintah menyatakan saat ini masih mengkaji rencana kenaikan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan elpiji tiga kilogram sebagai respons atas kenaikan harga komoditas tersebut di pasar internasional.

Baca Juga: 93 Persen Warga Gunakan Elpiji 3 Kilogram, Ini Permintaan Pertamina

Sejumlah bantalan sedang dipersiapkan untuk mengatasi gejolak sosial-ekonomi masyarakat atas keputusan menaikkan Pertalite dan gas melon tersebut, di antaranya dalam bentuk BLT seperti yang pemerintah berikan untuk minyak goreng.

Yusuf mengatakan wacana kenaikan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram itu dapat memberikan tekanan inflasi yang besar pada tahun ini.

Tekanan inflasi akan terasa lebih berat untuk kelompok masyarakat menengah ke bawah, apalagi mereka yang belum sepenuhnya bisa pulih dari pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pertamina: Jangan Mudah Statement Soal Kenaikan Elpiji, Sindir Luhut?

Sementara itu, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi memandang program BLT yang akan diberikan kepada kelompok masyarakat menengah ke bawah merupakan solusi instan yang menimbulkan masalah baru.

Menurutnya, potensi penyaluran bantuan yang tidak tepat sasaran juga cukup besar lantaran ketidakvalidan data.

Adapun Wakil Ketua Komisi VII DPR Maman Abdurahman menyampaikan parlemen mendorong pemerintah mengalihkan skema subsidi energi yang terbuka menjadi tertutup dengan melakukan validasi data penerimanya terlebih dahulu agar tepat sasaran.

“Spirit dari subsidi itu bukan mengurangkan harga, tapi mendorong agar masyarakat memiliki kemampuan daya beli agar tidak terjadi distorsi di lapangan,” ujarnya.

Baca Juga: Perhatian! SPBU Dilarang Layani Pembelian Pertalite dengan Jeriken

Picu Inflasi

Di sisi lain, Yusuf Rendy menyebut wacana pemerintah menaikkan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram sebagai respons atas kenaikan harga minyak dunia disebut dapat memberikan tekanan terhadap laju inflasi di dalam negeri.

Dia menilai tanpa memasukkan faktor kenaikan harga Pertalite dan elpiji, tekanan inflasi sudah relatif tinggi karena dipengaruhi oleh beragam hal, termasuk di dalamnya kenaikan harga energi global, kebijakan tarif PPN, harga Pertamax yang sudah naik terlebih dahulu, dan pola musiman ketika bulan Ramadan.

“Sekarang ditambah wacana kenaikan Pertalite dan elpiji tentu tekanan terhadap inflasi di tahun ini berpeluang semakin lebih tinggi,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Yusuf mengatakan hal yang perlu diwaspadai apakah kenaikan inflasi ini masih bisa dikompensasi oleh daya beli masyarakat atau tidak.

Baca Juga: Harga Pertalite Akan Naik, YLKI Sebut Salah Momen

Jika berbicara kelas pendapatan, lanjutnya, kenaikan harga Pertalite dan elpiji pada kelas pendapatan menengah hanya akan memberikan dampak yang relatif kecil, namun yang perlu diperhatikan adalah kelompok pendapatan menengah ke bawah.

“Tekanan inflasi akan terasa lebih berat untuk kelompok ini, apalagi mereka yang belum sepenuhnya bisa pulih dari pandemi akibat misalnya belum masuk lapangan kerja utama. Padahal tengah tahun masih termasuk dalam kuartal II, di mana pertumbuhan kuartal ini bisa didorong tinggi, karena terdapat momentum Ramadan,” jelasnya.

Adapun Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi memandang wacana kenaikan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram berpotensi menyulut kepanikan berbelanja atau panic buying.

Baca Juga: Begini Alasan Tak Mudah Naikkan Harga Elpiji 3 Kilogram

Menurutnya, kelangkaan Pertalite yang terjadi di sejumlah SPBU kemungkinan akibat masyarakat mengalami kepanikan berbelanja setelah mengetahui wacana kenaikan tersebut.

Fahmy meminta supaya harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram tidak dinaikkan dalam waktu dekat. Pemerintah perlu menunggu sampai harga minyak dunia sudah mencapai keseimbangan pasar.



“Kenaikan Pertalite dan gas melon akan menaikkan inflasi dan makin memperburuk daya beli masyarakat serta memperberat beban rakyat, terutama rakyat miskin,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya