SOLOPOS.COM - BIKIN GAMELAN -- Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan gamelan di salah satu sentra kerajinan gamelan di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Solopos.com, SUKOHARJO — Lebih dari setahun, para perajin gamelan di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, berhenti produksi lantaran sepi order. Penetapan gamelan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB) oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tak pelak membangkitkan kembali harapan para perajin.

Para perajin gamelan Wirun menilai ini lah momentum kebangkitan perajin gamelan setelah hampir dua tahun dihantam pandemi Covid-19.  Seperti diberitakan, Komite Konvensi WBTB UNESCO menetapkan gamelan sebagai WBTB pada 15 Desember 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut membuat gamelan menjadi WBTB Indonesia ke-12 yang ditetapkan oleh UNESCO. Sebelum gamelan, warisan budaya Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO antara lain pencak silat, wayang, keris, dan sebagainya.

Baca Juga: Gudang Mebel Rotan di Trangsan Sukoharjo Terbakar

“Penetapan gamelan sebagai WBTB menjadi momentum perajin gamelan untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Saatnya, kerajinan gamelan Jawa kembali menjadi pusat perhatian di sektor pariwisata,” kata Kepala Desa Wirun, Erry Suseno Wibowo, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (19/12/2021).

Erry menceritakan sebagian besar order gamelan Jawa yang masuk ke perajin di Wirun, Sukoharjo, berasal dari mancanegara. Order gamelan Jawa terbanyak berasal dari Belanda dan Belgia.

Para buyer bisa memesan satu set hingga dua set gamelan Jawa setiap bulan. Namun, belakangan ini order gamelan Jawa dari mancanegara berkurang. Kini, para perajin hanya mengandalkan order lokal dari para pelaku usaha sektor wisata di Bali.

Baca Juga: Sterilisasi Gereja, Ini Hal-Hal yang Diperiksa Aparat Polres Sukoharjo

Order Gamelan Mulai Berdatangan

Saat masa pandemi, sektor pariwisata di Bali babak belur yang juga berimplikasi pada order gamelan Jawa ke perajin di Wirun, Sukoharjo. Otomatis, para perajin berhenti memproduksi gamelan.

“Sektor pariwisata mulai menggeliat sehingga order gamelan Jawa mulai berdatangan. Mudah-mudahan kondisi ini terus membaik sehingga perajin gamelan Jawa tak lagi kesulitan mencari order,” ujarnya.

Selain gamelan Jawa, Desa Wirun menyimpan potensi wisata dan budaya lainnya seperti wayang kulit, kain tenun goyor serta Pura Sahasra Adhi Pura. Pemerintah desa setempat bersinergi dengan elemen masyarakat untuk mengembangkan berbagai potensi seni dan budaya itu.

Baca Juga: 3 Jembatan Dibangun di Jalur Proyek JLT Sukoharjo, Mana Saja Lokasinya?

Seorang pegiat seni dan budaya di Sukoharjo, Joko Ngadimin, mengatakan sudah selayaknya gamelan diakui UNESCO sebagai WBTB. Proses pembuatan gamelan masih menggunakan cara-cara tradisional dan memerlukan keterampilan khusus.

Dengan proses yang tak mudah, tak mengherankan jika harga satu set gamelan Jawa cukup mahal. Satu set dibanderol lebih dari Rp300 juta. Proses pembuatan satu set gamelan Jawa lebih dari dua bulan. Hanya orang-orang tertentu yang memesan satu set gamelan Jawa.

“Sentra industri kerajinan gamelan berpotensi menjadi pusat penelitian budaya dunia. Peneliti budaya dari luar negeri bakal berdatangan untuk mengeksplor keunikan kerajinan gamelan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya