SOLOPOS.COM - Ilustrasi garis polisi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Pelaku bom Medan yang masih remaja 17 tahun diketahu pengagum Abu Bakar Al-Bagdadi. Dia belajar merakit bom di warnet.

Solopos.com, JAKARTA — Mabes Polri menyebutkan pelaku teror di Gereja Santo Yoseph Medan Sumatera Utara, yaitu IAH, 17, mendapatkan tawaran terima uang Rp10 juta dari seseorang. Hal itu memastikan remaja 17 tahun itu melakukan teror atas suruhan orang lain.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

“Jadi IAH ditawari uang kalau mau saya [seseorang] kasih Rp10 juta,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Agus Rianto di Jakarta, Senin (29/8/2016). Agus menuturkan IAH mau menerima uang, namun remaja itu belum mengetahui dana itu untuk keperluan apa.

Saat ini, petugas kepolisian masih mendalami dan menyelidiki keterangan dari tersangka IAH terkait aksi teror terhadap pendeta Gereja Santo Yoseph tersebut. Agus mengungkapkan IAH bertemu orang itu pada Kamis (25/8/2016) lalu. Setelah itu, hingga terjalin komunikasi dan orang tidak dikenal itu mengarahkan tersangka.

Seusai bertemu, IAH merakit bom dengan cara menyambungkan korek api dengan kabel dan sekantong bubuk yang diberi orang tersebut. Agus menambahkan IAH merangkai benda tersebut sesuai arahan dari orang kenalannya itu dan pengetahuan melalui internet.

Bahkan IAH sempat membuat dan mencoba meledakkan seperti ban pecah yang diketahui kakak tersangka di indekos. Selanjutnya, IAH mengikuti misa guna melancarkan aksi teror terhadap pendeta di Gereja Santo Yoseph pada Minggu (28/8/2016).

Sementara itu, menurut Menkopolhukam Wiranto, remaja itu banyak belajar soal merakit bom di warnet. “Yang bersangkutan memang empat bersaudara dari keluarga yang bapaknya pengacara dan kakaknya punya warnet. Nah hari-hari dia memang aktif di warnet itu, belajar, cari informasi,” kata Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, dari ponsel yang disita aparat keamanan, diketahui pelaku teror terobsesi dengan tokoh ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi. Di dalam ransel pelaku juga ditemukan tulisan “I Love Al Baghdadi” beserta cuplikan-cuplikan dari hasil browsing di internet tentang ISIS.

“Di tempat indekos setelah digeledah aparat keamanan, juga ada bahan-bahan untuk merakit bom, ada kabel-kabel tembaga, ada travo, ada bubuk mesiu atau black powder. Tapi mungkin bukan mesiu karena di situ ada banyak baterai NACL itu yang namanya untuk flashlight,” katanya.

Selain itu kata Wiranto, juga ditemukan lampu bohlam sebanyak 85 buah dan beberapa bahan yang disinyalir merupakan perlengkapan untuk membuat bom sederhana. Rakitan pipa yang dipotong berjumlah enam berisi bubuk mesiu dan korek api yang dibawa dengan ransel di punggung pelaku dibuat secara tidak sempurna sehingga tidak meledak. Bahkan jika meledak, efeknya diperkirakan hanya seperti petasan.

“Hasil pendalaman aparat keamanan dia tidak masuk dalam jaringan teroris. Dia terobsesi dari internet itu. Saya kira ini juga ‘alert’ bagi orang tua bagaimana untuk bisa awasi anaknya sehingga tidak terus dicekoki berita menyesatkan di internet yang yang membuat mereka terobsesi pada satu ajaran,” katanya.

Dari hasil penyelidikan, kata Wiranto, yang bersangkutan juga belum genap berusia 18 tahun atau masih kurang dua bulan sehingga pasal yang dikenakan kepada pelaku teror tersebut yakni UU yang mengatur kejahatan di bawah umur.

“Intinya terorisme ini musuh kita bersama. Jangan hanya diserahkan ke aparat. Jangan berpikir ini tugas aparat, pemerintah. Kita tak mungkin bisa melawan terorisme kalau tidak bersatu-padu melawan terorisme. Nyatanya ini merugikan kepentingan nasional,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya