SOLOPOS.COM - Pergelaran wayang kulit untuk menyosialisasikan nilai-nilai luhur Pancasila. (JIBI/Solopos/Dok.)

Penerimaan mahasiswa baru untuk prodi pedalangan masih sepi peminat.

Harianjogja.com, JOGJAInstitut Seni Indonesia (ISI) Jogja merasa kesulitan untuk menarik minat calon mahasiswa baru agar bersedia masuk ke Program Studi (Prodi) Seni Pedalangan. Beratnya menjalani proses perkuliahan di Seni Pedalangan mengakibatkan, tahun ini baru dua calon mahasiswa yang berminat mendaftar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pembantu Rektor Bidang Akademik ISI Jogja I Wayan Dana mengatakan Prodi Pedalangan sebagai salahsatu jurusan untuk pelestarian budaya. Namun dalam perkembangannya memang sepi peminat sehingga kuota yang disediakan tahun 2017 pun hanya 10 kursi. Dari kuota tersebut, baru terisi dua calon maba yang mendaftar. Karena itu, Pedalangan memang butuh pembinaan secara terus menerus karena berkaitan dengan seni tradisi.

“Kami terus menerus pembinaan prodi untuk pelestarian yaitu di jurusan pedalangan. Kami memiliki kuotanya 10 orang tetapi yang minat paling banter [tinggi] tujuh orang, tahun ini baru terisi dua calon [maba]. Itu memang harus ada pembinana terus menerus karena seni tradisi,” terangnya Kamis (22/6/2017) lalu.

Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Seni Pertunjukan ISI Jogja Bambang Pudjasworo mengakui, minat paling rendah di fakultasnya memang Prodi Pedalangan. Menurut dia, masuk di Pedalangan memang tergolong berat. Hal itu kemungkinan menjadi penyebab rendahnya minat maba untuk masuk ke jurusan tersebut. Mengingat untuk menguasai pedalangan tidak hanya pada persoalaan penguasaan pedalangan dan pewayangan semata. Akantetapi juga harus memiliki kemampuan menyajikan wayang agar dapat diterima penonton dengan baik.

“Tampaknya pedalangan ini menjadi prodi yang memang langka peminatnya.
Ini ada satu kemungkinan bahwa pedalangan merupakan suatu seni yang cukup berat. Katakanlah untuk menyajikan atau menjadi dalang ini memang cukup sulit,” ungkap dia.

Ia mengatakan, mahasiswa yang masuk di pedalangan, harus menguasai banyak hal. Sehingga tidak sekadar sabet menyabet atau memainkan wayang, namun juga harus menguasai tembang, karawitan, serta pernik pewayangan yang sangat kompleks.

“Belum lagi masalah filosofi pewayangan dan sebagainya. Nah ini memang berat untuk menuju ke sana. Ini yang menjadikan kendala,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya