SOLOPOS.COM - Ilustrasi virus Covid-19 varian Omicron. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Meskipun tanda-tanda awal dari gelombang Omicron pertama di Afrika Selatan memberikan indikasi bahwa gejala varian ini lebih ringan dibanding dengan varian-varian sebelumnya, data baru Inggris tidak mendukung temuan tersebut.

Tim Respons Covid-19 Imperial College, peneliti yang membuat permodelan real-time tentang persebaran SARS-CoV-2 sejak awal pandemi, menemukan bahwa tidak ada bukti jika varian Omicron menghasilkan gejala yang lebih ringan bila dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 sebelumnya. “Kami tidak menemukan bukti, baik untuk risiko rawat inap dan status gejala, Omicron memiliki tingkat keparahan yang berbeda dari Delta, meskipun rawat inap masih sangat terbatas,” kata para peneliti dalam laporan tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selama ini varian Omicron dianggap memiliki gejala lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya.  Ketika terinfeksi virus corona varian baru ini seseorang tidak menunjukkan tanda kehilangan penciuman misalnya.

Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Choi Siwon Super Junior Kembali Sapa Penggemar

Sementara itu, mengonfirmasi hasil penelitian laboratorium Oxford yang menunjukkan dua dosis vaksin tidak cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi Omicron, data terbaru menunjukkan bahwa varian tersebut secara signifikan menghindari kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya.

Melacak sekitar dua pekan data kasus di Inggris, dilansir dari New Atlas pada Senin (20/12/2021), laporan itu memperkirakan Omicron memiliki risiko 5,4 kali lipat lebih tinggi untuk menginfeksi ulang mereka yang sebelumnya tertular virus dibandingkan dengan tingkat infeksi ulang varian Delta. Di sisi lain, melihat efektivitas vaksin, laporan tersebut memperkirakan dua dosis vaksin menawarkan perlindungan antara nol hingga 20 persen dari infeksi Omicron yang bergejala.

Salah satu penulis laporan Neil Ferguson kemudian mengatakan studi ini memberikan bukti lanjutan tentang sejauh mana Omicron dapat menghindari kekebalan yang diberikan oleh infeksi sebelumnya atau vaksinasi. “Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti, Omicron menimbulkan ancaman yang besar dan cepat bagi kesehatan masyarakat,” kata Ferguson.

Baca Juga:  Rambah Dunia Digital, Syahrini Sukses Jual 18.000 NFT

Kini, tantangan besar yang dihadapi para peneliti pun ada pada memastikan tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh Omicron–bahwa varian ini muncul dengan tingkat kekebalan populasi yang berbeda secara fundamental dibandingkan dengan varian sebelumnya. Di lain sisi, makalah yang ditulis oleh pakar penyakit menular Roby Bhattacharyya dan William Hanage menyebut bahwa karena infeksi sebelumnya dan seiring tingginya tingkat vaksinasi, kemungkinan tingkat keparahan Omicron akan diremehkan secara sistemik.

Sementara, adapun penyebab IFR (tingkat kematian infeksi) lebih rendah pada minggu-minggu awal gelombang Omicron di Afrika Selatan, kemungkinan besar dipengaruhi oleh peningkatan kekebalan di antara mereka yang terinfeksi; lebih banyak waktu dan perbandingan yang cermat untuk mengontrol usia, kekebalan sebelumnya, bias deteksi, periode jeda, dan kapasitas rumah sakit.

Baca Juga:  Hindari Mata Lelah, Lakukan Yoga Mata

“Intuisi kolektif kami tentang bagaimana IFR tingkat populasi berhubungan dengan keparahan intrinsik suatu varian perlu dikalibrasi ulang dari waktu ke waktu saat kekebalan bertambah dan jauh lebih banyak lagi dengan varian yang menghindari kekebalan seperti Omicron,” tulis Bhattacharyya dan Hanage.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya