SOLOPOS.COM - Ilustrasi Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA -- Sebuah penelitian di Australia menunjukkan semakin rendah kelembapan udara, semakin mudah terjadi penularan Covid-19. Penelitian ini tentu menjadi kabar gembira karena kelembapan di Indonesia cenderung tinggi.

Penelitian yang berfokus di wilayah Greater Sydney selama tahap awal pandemi Covid-19 ini menunjukkan ada hubungan kelembapan yang lebih rendah dan peningkatan penularan penyakit di komunitas.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Penelitian dipimpin oleh Michael Ward, seorang ahli epidemiologi di Sydney School of Veterinary Science di University of Sydney. Dia bersama dengan dua peneliti dari lembaga mitra Fudan University School of Public Health di Shanghai mengkonfirmasi hubungan kelembapan dan penularan virus corona jenis baru.

Honda Rilis Motor Bebek Trekking Simpel Tapi Tangguh, Ini Harganya

“Penelitian ini menambah bukti bahwa kelembapan adalah faktor kunci dalam penyebaran Covid-19,” kata Ward seperti diwartakan Science Daily, Rabu (19/8/2020), dan dikutip Bisnis.com.

Kelembapan yang lebih rendah dapat didefinisikan sebagai “udara kering”. Penelitian tersebut memperkirakan penurunan kelembapan relatif sebesar 1 persen, kasus Covid-19 dapat meningkat sebesar 7-8 persen.

Perkiraannya adalah sekitar dua kali lipat peningkatan dalam kasus Covid-19 ketika terjadi penurunan kelembapan relatif sekitar 10 persen.

Selain di Probolinggo, Ini 5 Kisah Jenazah Hidup Lagi dan Bikin Geger

Meningkatkan Peluang Wabah Musiman

“Udara kering tampaknya mendukung penyebaran Covid-19, artinya waktu dan tempat menjadi penting. Bukti yang terkumpul menunjukkan bahwa iklim adalah faktor dalam penyebaran Covid-19 dan meningkatkan kemungkinan wabah penyakit musiman,” imbuh Ward.

Dia mengatakan ada alasan biologis mengapa kelembapan penting dalam penularan virus di udara sesuai hasil penelitian itu. Saat kelembapan lebih rendah, udara menjadi lebih kering dan membuat aerosol lebih kecil.

Selanjutnya, ketika seseorang bersin dan batuk, aerosol infeksius yang lebih kecil itu dapat bertahan lama di udara. Hal tersebut meningkatkan kemungkinan orang lain terpapar.

Ini Harga Vaksin Corona Bikinan Perusahaan China, Tembus Jutaan Rupiah!

Dia melanjutkan ketika udara lebih lembap dan aerosol lebih besar dan berat, mereka jatuh dan mengenai permukaan dengan lebih cepat. Sama-sama berisiko tetapi penyebaran di udara lebih perlu diwaspadai.

“Hal ini juga menunjukkan perlunya orang memakai masker, baik untuk mencegah aerosol yang menular keluar dalam kasus individu yang terinfeksi dan paparan aerosol yang menular dalam kasus individu yang tidak terinfeksi,” tandasnya.

Rilis Album Baru, Ryuji ITZY Ungkap Fenomena Misogini di Korea Selatan

Penelitian juga mencatat bahwa hubungan seperti dengan kelembapan, tidak ditemukan untuk faktor cuaca lainnya seperti hujan, suhu, atau angin. Para peneliti juga mencatat diperlukan studi lebih lanjut tentang kelembapan dengan tingkat penyebaran kasus Covid-19.

Sayangnya penelitian tentang kelembapan ini tidak menyebut berapa tingkat kelembapan yang bisa disebut “udara kering”.

Berdasarkan laman resmi BMKG, kelembapan di Indonesia terbilang tinggi. Kelembapan berkisar 50-100 persen. Sementara untuk Jawa Tengah, merujuk catatan kelembapan di Semarang, berkisar 50-85 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya