SOLOPOS.COM - Ilustrasi wanita demonstran antiperang di luar gedung parlemen Ukraina (JIBI/Solopos/Reuters/David Mdzinarishvili)

Solopos.com, KIEV — Sejumlah sanksi ekonomi dan politik mungkin tidak mampu mencegah niat Moskow menganeksasi Crimea, namun sekelompok perempuan Ukraina tak berputus asa. Mereka menggagas cara unik untuk memprotes pendudukan Crimea, yaitu tidak melakukan hubungan seksual dengan pria Rusia.

Jangan Berikan Itu Kepada Orang Rusia adalah nama resmi bentuk protes tersebut. Gerakan itu dimulai di situs sosial media Facebook sesaat setelah Rusia secara resmi memasukkan Crimea ke dalam peta negaranya.

Promosi Apresiasi dan Berdayakan AgenBRILink, BRI Bagikan Hadiah Mobil serta Emas

“Kalian harus melawan musuh-musuh negara dengan segala cara yang kita bisa,” tulis pencetus protes tersebut di laman resminya. Bagi mereka, protes tersebut mempunyai makna jauh lebih dalam dibanding sekadar berhenti melakukan seks lintas negara.

“Kami mencoba menjadi provokatif karena hal itu biasanya menarik perhatian,” kata salah satu pendukung protes, Irena Karpa, yang merupakan seorang penulis, blogger, sekaligus musisi.

“Makna yang lebih dalam adalah jangan memberikan harga diri, kebebasan, dan ibu pertiwi anda dengan murah. Kampanye ini lebih ditujukan untuk [Presiden Rusia Vladimir] Putin dan kebijakan-kebijakannya, ini juga bukan tindakan rasis,” kata dia sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara dari AFP, Kamis (27/3/2014).

Kampanye protes Rusia itu diinisiasi oleh sekelompok perempuan terkenal, termasuk di dalamnya sejumlah pemilik perusahaan, jurnalis, dan juga penulis.
Karpa mengatakan frasa “jangan berikan itu pada orang Rusia (don’t give it to a Russian)” adalah versi modern dari sebaris puisi dari Taras Shevchenko “Fall in love, O dark-browed maidens, but not with the Moskaly (pria Rusia).”

“Kami tergerak oleh situasi terkini, yaitu aneksasi Crimea dan ambisi Putin untuk memperluas wilayah negaranya di perbatasan timur negara kami,” kata Karpa.
Laman Facebook kampanye itu, yang telah menarik 2.300 penyuka, juga telah menjadi topik utama sejumlah media di Rusia. Tapi beberapa warga Rusia menertawakan rencana tersebut, sementara sebagian lainnya tersinggung.

“Seharusnya kalian melakukan hal ini kepada orang Rusia yang mendukung Putin, bukan semua pria Rusia. Apa salah kami sehingga harus menerima akibat ini?” tulis Anton Grigoriev dalam laman Facebook kampanye itu.

Wanita Ukraina bukan yang pertama melakukan protes dalam bentuk itu. Prempuan dari Liberia, Kenya, Togo, Kolombia, dan sejumlah negara lain pernah menjalankan hal yang sama untuk menghentikan perang.

Yunani kuno bahkan diduga pernah melakukan hal itu. Dalam dialog “Lysistrata” karya Aristophanes, para perempuan menolak melakukan hubungan seksual dengan suaminya sampai mereka mengakhiri perang Peloponnesian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya