SOLOPOS.COM - Ketua Tikus Pithi Hanata Baris, Tuntas Subagyo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Jauh sebelum terbentuknya organisasi kemasyarakatan (ormas) Tikus Pithi Hanata Baris (TPHB) di Kota Solo pada 17 Mei 2014, nama Tikus Pithi ternyata sudah disebut dalam ramalan Jayabaya ratusan tahun lalu.

Namun, pendiri sekaligus Ketua TPHB, Tuntas Subagyo, mengaku tidak tahu adanya ramalan Jayabaya yang menyebut tentang Tikus Pithi. “Saya malah kurang tahu ya soal ramalan, karena saya tidak pernah mengikuti atau kurang tahu,” ujarnya saat diwawancarai Solopos.com, Kamis (16/12/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mas Tuntas, panggilan akrabnya, menjelaskan dirinya menggunakan nama Tikus Pithi Hanata Baris berdasarkan sejarah yang ia pelajari. Nama itu sekaligus menjadi doa dan harapannya. Tikus Pithi Hanata Baris ia harapkan bisa membawa perubahan besar untuk bangsa ini.

Baca Juga: Selamat! Gamelan Ditetapkan UNESCO Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

“Saya waktu itu melihat dari cerita sejarah, dari zaman Singosari, Majapahit, sampai ke Kerajaan Demak itu, perubahan dari era ke era, atau zaman ke zaman selalu diwarnai munculnya Tikus Pithi Hanata Baris,” jelas Tuntas yang juga pendiri Partai Kedaulatan Rakyat (PKR).

Beranjak dari sejarah tersebut, Tuntas lantas melakukan penelaahan terhadap arti dari Tikus Pithi Hanata Baris. “Ternyata artinya rakyat kecil yang membuat barisan. Lah di sini kita sebagai rakyat kecil, harapannya bisa menjadi subjek, tidak menjadi objek terus,” ungkapnya.

Latar Belakang Pendirian Ormas Tikus Pithi

Yang dimaksud rakyat kecil menjadi subjek, menurut Tuntas, yaitu kemampuan mereka berkontribusi atau berkinerja untuk bangsa dan negara. Rakyat kecil tidak lagi menjadi alat atau objek yang dimanfaatkan segelintir elite politik untuk mendapat keuntungan saat pemilu.

Baca Juga: Wah! Sisa 3 RT di Solo yang Zona Kuning Risiko Covid-19, Lainnya Hijau

“Bagaimana rakyat bisa membuat barisan untuk membuat perubahan baru. Yang melatarbelakangi saya membentuk Tikus Pithi Hanata Baris yaitu keprihatinan melihat kondisi bangsa yang puluhan tahun merdeka, tapi saya lihat belum seperti yang diharapkan,” terangnya.

Kala itu Tuntas juga merasa prihatin melihat Indonesia yang sebenarnya memiliki sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa. Dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia, Tuntas melihat Indonesia sebagai negara yang bisa disebut sebagai negara paling sempurna.

“Dengan kesuburan, iklim tambang dan sebagainya. Tapi ternyata itu semua tak bisa membuat Indonesia maju, karena sisi lemahnya di SDM. Sehingga banyaknya masyarakat yang cenderung memikirkan dirinya sendiri, istilahnya monopoli, oligarki, dinasti,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya