SOLOPOS.COM - Ilustrasi SMAN 1 Semarang. (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Pendidikan di SMAN 1 Semarang berbuah keputusan drop out (DO) kepada dua orang siswa.

Semarangpos.com, SEMARANG‘Bu, kami rindu. Kata Dilan, rindu itu berat. Tapi kami benar rindu, rindu dengan suasana yg dulu zaman dimana kami berjaya, berdiri teguh pada pendirian dan selalu menampakan solidaritas’.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebait puisi yang tidak diketahui judulnya itu beberapa kali sempat terpajang di majalah dinding SMAN 1 Semarang yang terletak di Jl. Menteri Supeno, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Namun, berulang kali pula puisi yang ditulis di atas kertas dengan latar belakang gambar mantan Kepala SMAN 1 Semarang, Kastri, itu dicopot oleh pihak sekolah.

Menurut pengakuan salah satu orang tua siswa SMAN 1 Semarang, Mieke, puisi itu dibuat oleh para siswa dan sengaja dipajang di majalah dinding sekolah tersebut. Puisi itu dibuat sebagai simbol perlawanan terhadap sikap arogansi pihak sekolah yang telah mengeluarkan rekan mereka, AN, 16, dan AF, 18.

“Puisi itu sebagai bentuk dukungan AN dan AF. Karena puisi itu, mungkin akan ada sanksi baru yang dikeluarkan sekolah kepada siswa. Dengar-dengar sih karena puisi itu ada siswa yang dipanggil ke BK [Bimbingan Konseling] ,” ujar Mieke saat dijumpai wartawan di rumah milik orang tua salah satu siswa SMAN 1 Semarang, Kamis (1/3/2018).

Mieke mengatakan puisi itu mungkin merupakan ungkapan kekecewaan para siswa atas sikap Kepala SMAN 1 Semarang yang sekarang, Endang Suyatmi Listyaningsih, yang mengeluarkan AN dan AF. AN dan AF bersama tujuh siswa lainnya dituduh melakukan tindak kekerasan terhadap juniornya saat kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK) OSIS SMAN 1 Semarang, Oktober 2017 lalu.

Puisi karya siswa SMAN 1 Semarang. (Istimewa-siswa SMAN 1 Semarang)

Puisi karya siswa SMAN 1 Semarang. (Istimewa-siswa SMAN 1 Semarang)

Tindakan mereka terekam dalam video handphone yang diperoleh sekolah melalui sebuah razia. Kesembilan siswa itu pun langsung mendapat sanksi. Ironisnya, dari sembilan siswa itu hanya AN dan AF yang diputuskan di-drop out. Sementara, tujuh siswa lainnya hanya mendapat sanksi skorsing dan mendapat pembinaan dari guru BK.

Keputusan sekolah pun ditentang oleh para orang tua siswa yang mendapat hukuman. Terlebih, keputusan para guru sekolah yang pernah didatangi Presiden Joko Widodo pada Oktober lalu itu dianggap kontroversi karena mengeluarkan kedua siswa yang sebentar lagi menjalani ujian nasional (UN).

(Baca juga : Singgah ke SMAN 1 Semarang, Jokowi Bagikan KIP ke 1.500 Siswa)

“Para orang tua membela AN dan AF. Kami tidak membenarkan kekerasan, tapi jangan memberikan hukuman sepihak. Ini tidak ada pemberitahuan ke orang tua siswa lebih dulu, tiba-tiba anaknya langsung dikeluarkan. Memang ini otonomi sekolah, tapi jangan sewenang-wenang,” beber Mieke.

Sementara itu, AN menyatakan sikap untuk tetap bertahan di SMAN 1 Semarang. Keteguhannya itu semakin kuat menyusul dukungan dari rekan-rekannya.

AN bahkan mengaku mendapat dukungan dari rekan-rekannya untuk tidak pindah ke sekolah lain sesuai dengan keputusan sekolah. Ia diputuskan oleh sekolah untuk pindah dan menjalani UN di SMAN 13 Semarang.

“Teman-teman terus memberikan dukungan. Mereka bahkan bilang ke saya agar menolak dipindah. Saya juga bersikeras untuk bertahan. Meskipun, sejak tanggal 7 Februari kemarin sudah enggak boleh ikut pelajaran,” ujar AN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya