SOLOPOS.COM - AN (kedua dari kanan) dan AF saat menemui perwakilan orang tua siswa yang terkena sanksi dari SMAN 1 Semarang di Semarang, Kamis (1/3/2018). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Pendidikan di SMAN 1 Semarang berujung dikeluarkannya dua siswa karena diduga melakukan kekerasan saat kegiatan OSIS.

Semarangpos.com, SEMARANG – Meski sudah diputuskan di-drop out (DO) dari SMAN 1 Semarang, Jawa Tengah (Jateng), AN, 16, tetap bersikukuh mengikuti ujian nasional di sekolah tersebut. Siswi yang selalu mengenakan jilbab itu menolak untuk dipindah ke SMAN 11 Semarang sesuai dengan keinginan pihak sekolah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diungkapkan AN saat dijumpai Semarangpos.com di rumah salah seorang siswa yang juga mendapat sanksi berupa skorsing karena dugaan melakukan tindak kekerasan kepada juniornya saat kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK) Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 1 Semarang.

“Saya enggak mau pindah. Saya tetap mau bertahan di SMAN 1 Semarang, karena saya merasa tidak bersalah dalam kasus ini,” ujar AN, Kamis (28/2/2018).

Kebulatan tekad untuk bertahan di SMAN 1 Semarang ini bahkan ditunjukkan AN dengan kembali masuk sekolah pada Kamis. Meski pun ia kembali tidak diizinkan masuk ke dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

AN justru kembali diminta menghadap ke ruang Bimbingan Konseling (BK). Di ruang itu, ia bertemu dengan para guru dan juga perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng. Mereka bertemu AN untuk membujuknya menandatangani surat pindah ke sekolah lain agar bisa segera mendaftar untuk mengikuti UN.

“Katanya sih ini hari terakhir pendaftaran UN. Tapi benar apa enggak saya tidak tahu. Kalau saya maunya tetap di sini. Dari daftar nama siswa yang dibagikan Senin [26/2/2018] kemarin, setahu saya nama saya masih ada. Jadi saya masih berhak ikut ujian di sini,” ujar An.

Sementara, jika AN bersikukuh bertahan di SMAN 1 Semarang hal berbeda dialami siswa lain yang juga dikeluarkan, yakni AF, 18. Siswa yang tinggal di kawasan Mangkang itu mengaku sudah menandatangani surat pindah ke sekolah lain.

“Tadi saya juga bertemu pihak sekolah dan bilangnya nama anak saya sudah tidak terdaftar di SMAN 1 Semarang. Jadi saya putuskan untuk menandatangani surat pindah itu. Tapi, saya minta anak saya untuk dipindah ke SMAN 6, bukan SMAN 13 sesuai keinginan sekolah,” beber ayah AF, Dikin.

Sementara itu, pihak sekolah belum bisa dimintai keterangan terkait kasus ini. Wakil Kepala SMAN 1 Semarang, Masochan, saat dijumpai wartawan di ruangannya, Kamis pagi, enggan memberikan pernyataan.

“Nanti biar ibu kepala sekolah [Endang Suyatmi Listyaningsih] saja yang memberikan jawaban. Saat ini bu kepsek sedang rapat,” ujar Masochan.

AN dan AF merupakan siswa SMAN 1 Semarang yang diputuskan di-DO karena diduga melakukan tindak kekerasan terhadap juniornya. Ironinya, perintah mengeluarkan AN dan AF itu dilakukan sekolah tanpa pemberitahuan yang jelas sebelumnya. Selain itu, AN dan AF dikeluarkan saat mendekati UN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya